84| Terkuak

353 22 4
                                    


لَيْسَ الشَّدِيْدُ باِلصُّرْعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ


"Orang yang kuat bukan yang banyak mengalahkan orang dengan kekuatannya. Orang yang kuat hanyalah yang mampu menahan dirinya di saat marah."

(HR. Al-Bukhari no. 6114)


"Jadi kapan saya harus ke rumah sakit dokter?"
Aku bertanya pada dokter yang akan mengoperasiku dan nak aisyah.

"Sewaktu ibu aisyah operasi saja buk. Hal ini di lakukan agar pasien tak terlalu sering di bedah. Mengingat pasien masih muda dan masih memiliki kesempatan untuk memiliki buah hati berkat rahim yang ibu berikan. "
Aku tersenyum mendengar penjelasan dokter.

"Bisa jadi ibu aisyah melahirkan juga melalaui operasi besok. Makanya, sekalian saja."
Aku mengangguk paham.

"Terima kasih banyak ya dokter."
Aku menelungkupkan tangan di depan dada.

"Harusnya saya yang berterima kasih bu."
Aku tertawa kecil.

"Semoga allah mudahkan."

#

Havva pov.

"Oo jadi hanum itu secret admire lo yang udah lo tolak berkali kali."
Aku paham dengan cerita fathan

Fathan menceritakan secara luwes mengenai hanum.
Siapa hanum dan bagaimana dia kepada fathan.

Dari ceritanya aku makin yakin bahwa yang menyuruh caca meminum obat sialan itu adalah hanum.

Aku baru menyadari bahwa thifa dan hanum adalah dua nama yang di miliki oleh satu orang.
Tapi, bagaimana bisa dia memberikan obat yang salah kepada pasien?
Sudah jelas dia menyalahi kode etika profesi sebagai dokter yang seharusnya menyembuhkan dan melayani malah terbalik menjadi hal yang dapat mencelakakan nyawa pasien.

"Gua gak nyangka kalau hanum akan berbuat sejauh ini va. Kalau imbasnya ke gua, okelah. Gua terima. Tapi ini imbasnya udah sampe ke caca. Dan dia nggak tau menau tentang hal ini va."
Fathan benar benar tidak terima.

"Iya, kita belum dapat kepastiannya sih. Ini kan perkiraan yang paling mendekati. Sementara kedua belah pihak yang bersangkutan sama sama nggak bisa ngasih kejelasan. Caca sakit dan perempuan itu lagi ke luar negri. Kita gak bisa apa apa."
Aku mengklarifikasi.
Meskipun aku dan fathan sudah yakin dengan alur cerita  yang di buat oleh hanum, tapi aku juga harus menyadari bahwa semua ini baru sampai pada tahap perkiraan.

"Apa kita lapor ke polisi aja ya?ini kan udah menyalahi namanya va."
Fathan nampak terburu buru.

"Eh jangan. Sabar dulu dong. Kita kan belum mastiin. Mana tau alur ceritanya gak kek yang kita bayangin. Kan parah tu, kita udah mai main sama pihak kepolisian. Jangan sampe deh.
Tunggu sampai salah satu dari mereka ada trus ngasih penjelasan yang pasti ke kita."
Aku mencegah.

"Iya juga sih."

Kami kembali terdiam.
Sibuk dengan pikiran masing masing.

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang