••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
hasbunallah wanikmal wakil.
Skenario Nya tidak parnah salah.
sholat dan pebanyak zikir, ingat allah tidak akan parnah menelantarkan kan hamba Nya, dek.
Kita bisa melewati semua ini.-seseorang-
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Aisyah pov
"Ma sya allah. Abi tengoklah. Kemarilah. Ada sepasang manusia yang barusan kita bicarakan."
Ummi histeris menyambutku dan bang fathan.
Aku yang baru saja dibangunkan bang fathan masih sempoyongan."Assalamualaikum ummi, assalamualaikum abi."
Bang fathan menyalami ummi dan abi.
Aku pun mengikuti bang fathan.Bang fathan terlihat lebih baik di bandingkan saat di atas mobil tadi.
"Kok nggak ngomong ngomong siih. Kan umi bisa siapkan bolu sankis buat kalian."
Bang fathan tertawa sementara aku masih bergelayut pada lengannya bang fathan. Entah kenapa aku merasa sangat mengantuk."Tak apa lah ummi. Caca tadi malam baru bilang kalau mau kesini."
Aku tak terlalu mendengar pembicaraan mereka namun aku menyadari bahwa namaku sedang di sebut."Eeh, anak abi kok malas malasan siih. Udah lah, manja banget. Kasihan fathan."
Aku tersenyum kearah abi."Duduk dulu fathan, ca."
Ummi menyilahkan duduk."Sayang, bangun dong. Katanya kangen umi sama abi."
Bang fathan menepuk pipiku pelan."Iya ini caca bangun kok bang."
Aku masih bergantunng pada lengan bang fathan dan mataku masih terpejam."Aisyah hunairah."
Aku mendengar abi menyebut nama lengkapku. Biasanya abi akan menyebut namaku secara lengkap apabila abi marah .
Aku langsung berdiri tegak dan bang fathan tertawa melihat perubahan ekspresiku."Iya abi,"
Aku memutar badan ke arah abi yang tengah duduk di kursi ruang tamu"Duduklah disini. Udah lama nggak pulang tapi malah malas malasan pas ketemu abi."
Aku langsung duduk di hadapan abi dan rasa kantukku seakan pergi.Bang fathan masih tertawa melihat ekspresiku. Abi menggeleng.
"Kalian ini, masih seperti remaja pacaran saja. Caca ngerepotin kamu than?"
Aku menguap menahan kantukku."Ah nggak kok abi. Caca baik baik aja kok bi."
Bang fathan duduk di sebelahku dan mengusap jilbabku."Bi, caca hamil bi."
Aku mengatakannya spontan.Bang fathan langsung menatap kearahku dan menyikutku.
"Basa basi dulu dong sayang."
Bang fathan setengah berbisik. Aku hanya nyengir.
Emang nggak boleh bilang langsung ya?"Ma sya allah. Baru aja ummi sama abi bahas masalah cucu sebelum kalian datang. Tampaknya kamu tak sabaran memberitahu abi dan umi ya. Alhamdulillah."
"Alhamdulillah abi. Usianya sudah menginjak minggu ketiga. Doakan ya abi, soalnya usia usia segitu masih rentan."
Kali ini bang fathan yang berbicara."Pastilah abi doakan kalian selalu.
Semoga kalian selalu sehat dan cucu abi bisa sehat juga."
Terpancar sebuah kebahagiaan dan harapan di mata abi."Siapa yang mau punya cucu bi?"
Umk tiba tiba datang dari dapur membawa nampan berisikan teh dan beberapa cemilan kecil."Kita mi. Kita mau punya cucu."
Aku tertawa melihat ekspresi umi yang tiba tiba berubah secara drastis saat abi memberinya kabar bahwa aku tengah hamil."Serius?"
Umi menatapku dan bang fathan bergantian denfan tatapan tidak percaya."Hehe, iya umi. Masuk usia tiga minggu."
Bang fathan menjelaskan."Alhamdulillah ya allah. Kalian paham paham aja kalau umi dan abi barusan ngomingin masalah cucu."
Umi tak kalah senang di handingkan abi"Oh ya, ada yang mau umi kasih sama caca. Bentar."
Setelah meletakkan gelas gelas di atas nampan ke meja tamu di hadapan kami, umi pergi lagi ke kamarnya."Bagaimana pekerjaanya nak?"
Abi bertanya pada abang."Alhamdulillah baik baik saja abi. Terkadang memang ada beberapa masalah kecil namun alhamdulillah allah selalu baik dan fathan bisa menyelesaikannya abi. Abi sendiri bagaimana?
Masih sering keluar kota kah?"
Bang fathan bertanya balik.
Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan topik yang di bicarakan saat ini.
Selain aku tak mengerti, aku juga masih merasakan kàntuk."Nah ini. Yang mau umi kasih ke caca. Fathan juga boleh baca kok buat ngawasin caca."
Umi memberiku sebuah bukuIna may's guide to childbirth
Ya, seperti itu lah judul buku yang di berikan umi.
"Buku apa ini mi?"
Aku membalik balikkan halaman buku yang barusan diberikan umi."Ini buku yang dibelikan abi sewaktu umi hamil caca. Bagus kok bukunya, dari pada beli lagi mending ambil aja buku umi kan."
Aku manggut manggut.
Bang fathan mengambil alih buku yang di berikan umi di tanganku."Buku ini sangat cocok untuk para mama muda milenial. Dalam buku ini dijelaskan secara ilmiah tentang cara merawat bayi dengan alami tanpa bantuan teknologi, serta didukung dengan hasil riset. Ya, mama milenial biasanya menggantungkan diri terhadap teknologi, sesekali caca akan belajar yang berbeda dari buku ini."
Umi menjelaskan sekali lagi dengan panjang lebarAku hanya mengangguk anggukkan kepala.
Fathan pov.
Aku mendengarkan ummi dengan antusias yang menjelaskan tentang pengalamannya selama hamil caca.Sementara umi menjelaskan, aku melihat ke arah caca.
Eh, alah.
Ternyata caca udah tertidur lagi.
Aku tak mengerti kenapa caca jadi tukang tidur seperti ini sekarang."Aduuh, caca kenapa sih?"
Aku menggumam namun dapat di dengar oleh abi."Hahaha, itu manjanya lagi kumat mungkin. Maafin anak abi ya. Ngerepotin."
Aku tersenyum."Nggak apa apa kok abi. Fathan cuma heran aja kenapa hari ini caca tiba tiba jadi putri tidur. Efek kehamilannya kah umi?"
Aku beralih kepada umi."Mungkin, bisa jadi juga nak. Dulu waktu umi hamil caca jugabsering kek gitu. Umi ini orangnya mudah lelah. Gak bisa terlalu banyak sibuk. Itu juga sebabnya umi tak diperbilehkan lagi mempunyai anak setelah caca karna kondisi umi terlalu lèmah. Mungkin sebagiannya turun ke caca."
Aku melongo. Baru kali ini umi bercerita dan aku tak menyangka dengan cerita umi.
Karena selama ini yang aku lihat umi selalu haik baik saja justru terlihat seperti wanita yang lebih kuat dari kebanyakan wanita.
Tapi ternyata dibalik itu semua umi menyimoan satu rahasia yang tak pernah aku duga.
Ah, perempuan memang sangat rahasia."Oh begitu umi. Jadi caca gimana dong?"
Aku mulai panik."Hahah, nanti juga bangun sendir kok. Nggak usah lanik seperti itu. Caca cuma waktu buat rehat. Istirahatlah dulu di kamar nak."
Abi menyeruput teh yang di berikan umi."Iya deh bi. Fathan bawa caca dulu ya bi, mi. Nanti fathan ke bawah lagi."
Aku mohon diri keoada umi dan juga abi.Mereka mengiyakan.
Aku menggendong caca menuju kamarnya untuk memberikan ruang istirahat kepadanya.
Ah, sepertinya dia benar benar kelelahan.Setelah aku rasa caca berada dalam posisi nyaman, aku turun untuk bergabung kembali bersama umi dan juga abi.
Semoga caca baik baik saja.
_________________________________________
Selamat sore readers setia teman menuju syurga.
Untuk beberapa part author mau alurnya santai santai aja sebelum terjadi perang besar. Ups
Hehe.
Selamat membaca dear🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Menuju Syurga (END)
Novela JuvenilSelamat Membaca. COMPLETED !!!!!! ✔ (🔜 Revisi) Aku ingin menjadi seseorang yang membuatmu bahagia di tahun tahun mendatang. Saat kau duduk menikmati hujan dibalik kaca yang berembun seperti yang pernah kita lalui berdua, aku ingin menjadi kopi yang...