••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Sejak saat itu aku mendapat suatu pelajaran. Bahwa tidak semua ucapan bisa dijemput kenyataan. Dan untuk kali ini aku mohon undur diri. Semoga apa yang sda padamu berjalan dengan baik baik *
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Dirumah caca.
"Assalamualaikuum."
Aku mengetuk pintu rumah umi nafisha."Walaikumsalam"
jawaban dari dalam.
Tak lama kemudian muncul caca dengan jilbab hitamnya."Abaaaaang."
Oh sungguh, telingaku."Cacaa, udah malem. Stok suaranya buat besok lagi ya deek. Syuuuut."
Lagi lagi aku berusaha menenangkan."Walaikumsalam fathan. Duuh, sendirian kamu ya. Masuk masuk."
Abi azmi menyambutku.
Aku mencium tangan abi."Hehe ngga apa apa kok abi. Fathan kasian liat papa kecapek an."
Ucapku seraya duduk."Iya fathan, papa kamu tadi telfon abi. Dia katanya sangat lelah. O iya, maafkan abi ya tadi siang membuat fathan repot jemput caca." Sambung abi.
"Eh ngga kok abi,tadi siang fathan pulang cepat. Oh ya abi, fathan lulus loh."
Aku menepuk dadaku."Waah,alhamdulillah. Selamat ya anak abii."
Aku tersenyum merasakan kehangatan abi azmi."Umii, cacaa.. kesini bentar. Fathan katanya ada yang mau diomongin nih. Kayaknya penting. Soalnya fathan gak pernah kek gini sebelumnya haha."
Abi terkekeh."Ah abii."
Aku tersipu.Tak lama kemudian, umi dan caca datang membawa air mineral dan bebrapa toples makanan kecil.
"Ada yang mau ngomong serius nih."
Umi ikut ikutan meledek. Caca lebih memilih duduk disebelahku ketimbang duduk didekat umi abinya."Seperti ini abi,umi, dan... caca.
Tadi kan fathan udah menerima tanda kelulusan. Masalah sekolah yang fathan daftar di SMA Al-Islah kemaren, alhamdulillah fathan diterima."
Umi dan abi mengucap syukur. Lain halnya dengan caca."Abang nggak ambil itu kan? Abang pasti ambil SMA Al-Ikhlas bareng caca kan?"
Jarak antara aku dan caca hanya berkisar 1 tahun 8 bulan.
Aku menatap caca lembut sambil tersenyum. Karna aku tak berani melihat mata itu berair karena aku."Abi,umi, dan untuk adekku caca. Fathan pamit pergi ya."
Deg
Aisyah pov:
"Assalamulaikum."
Aku dapat mengenal suara itu."Walaikumsalam."
Kami menjawab dengan serentak.
Aku setengah berlari menuju pintu utama,dan benar. Aku menemukan abang fathan."Abaaaaang!"
Aku setengah berteriak."Syyyuuut, caaa jangan teriak dong. Udah malem. Stok suaranya tinggalin buat besok ya dek."
Kerutan didahi bang fathan langsung berlipat. Aku terkekeh.
Selanjutnya bang fathan ngomong sama abi. Aku memilih untuk membantu umi menyediakan makanan untuk kami makan nantinya."Begini abi, umi, caca. Tadi kan fathan udah terima tanda kelulusan. Terus masalah pendaftaran SMA Al-Islah kemaren fathan alhamdulillah diterima abi, umi, ca."
Hanya aku yang tak mengucapkan hamdalah." Abang, pasti ngambilnya yang di SMA Al-Ikhlas kan bareng caca?"
Aku berharap bang fathan mengiyakannya. Tapi bang fathan menatap abi."Abi, umi, caa.. fathan pamit ya."
Demi apapun, dadaku sesak mendengar ucapan bang fathan.
Sebenarnya aku tau bahwa bang fathan mendaftar disana. Tapi aku malah meminta untuk mendaftar disekolah yang setahun lagi akan ku daftar pula.Tapi ternyata bang fathan lebih memilih sekolah di SMA yang jelas jelas berbeda kota dengan SMA yang akan aku daftarkan itu.
"Abang kok tinggalin caca? Kan caca udah minta abang buat nggak kesana. Abang kok gitu banget sama caca?"
Sungguh, meskipun bang fathan bukan abang kandungku dan juga pacar atau siapalah. Kepergiannya kali ini membuatku sesak.
Aku berusaha untuk tidak cengeng kali ini, namun nyatanya aku tidak bisa."Sayang, bang fathan kan udah diterima disana. Gak masalah dong abangmu sekolah disana. Lagipun kan fathan masih bisa pulang."
Abi mencoba membujuk. Sementara bang fathan hanya menunduk."Abang juga diterima kan di sma al ikhlas?"
Aku bersuara lagi. Tapi bang fathan ahanya menggeleng. Menandakan dia tidak lolos di sma al ikhlas. Aku tidak tau itu jujur atau tidak, yang jelas aku sudah terisak."Nanti siapa dong yang jemput caca kalau umi sama abi nggak ada? Trus siapa dong yang beliin alat keterampilan caca kalau caca lagi males keluar rumah? Terus siapa dong yang nyobain es kriim buatan caca kalau umi sama abi keluar kota? Trus caca nggak bisa ngeliat bang fathan lagi...caca nggak mau abang pergi..hiks."
Aku rela di bilang super cengeng di usia segini karna menangisi kepergian bang fathan yang pasti akan pulang karna rumahnya di balik tikungan depan ini.
Bang fathan masih menunduk.
Aku tau dia paling tidak bisa melihatku menangis. Aku melihat abi memberikan kode kepada bang fathan."Dek, abang pergi nggak lama kok. Abang cuma pergi tiga tahun aja. Abang janji nanti abang bakalan jemput caca, waktu abang udah siap dengan semuanya, abang bakalan bawa caca pergi sama abang."
Aku tak mengerti perkataan bang fathan."Yang penting caca nggak boleh sedih ya, doain abang biar cepat selesai. Biar bisa jemput caca lagi, makan es kriim caca lagi. Ya dek yaa."
Aku tak sanggup lagi berbicara karna isakan ini seakan menahan nafasku."Abi, umi. Nanti izinin fathan buat bawa caca ya. Jagain caca ya mi, bi."
Suara bang fathan mulai serak. Setelah suaraku terkendali aku bicara lagi"Abang nanti jangan lupa telfon caca, jangan lupa vc caca, jangan lupa kabarin caca, jangan lupa pulang terus main kesini kerumah caca.
Ya bang yaa."
Aku berusaha memohon."Iya dek, in sya allah. Adek jaga diri baik baik ya. Jangan cengeng cengeng. Jangan susahin umi sama abi. Umi sama abi bakalan ada terus kok buat caca. Terus ingat juga janji adek sama abang, jangan pacaran. Okey?"
Aku berusah tersenyum."Iya abang."
Aku masih terisak.
Detik selanjutnya bang fathan bersimpuh dihadapan umi dan abi secara bergantian"Umi, abi. Fathan sayang sama umi sama abi. Setelah mama papa, tempat pulang fathan hanya umi sama abi. Umi sama abi udah fathan anggap sebagi umi abi kandung fathan sendiri. Ridhoi fathan belajar di sma al islah ya mi, bi. Semoga fathan bisa cepat selesai dan bisa berguna bagi bangsa dan agama. Sekaligus bisa menepati janji fathan sama abi tentang caca."
Bang fathan mohon diri pada umi dan abi."Iya nak, jaga diri baik baik. Pergaulanmu ingat ya. Jangan lupa muraja'ah. Abi akan tetapi janji kita kok."
Abi bersuara sementara umi ikut terisak."Umi, abi. Fathan akan merindukan umi dan abi, fathan pamit umi, abi."
Bang fathan berlinang sambil bersalaman dengan umi dan abi. Lalu bang fathan bediri didepanku"Adek,abang pamit ya."
Aku hanya bisa mengangguk."Mi, Bi, Ca. Fathan pamit ya. Assalamualikum." Bang fathan berlalu
"Walaikumsalam."
Jawab kami serentak.
Aku berlari mengejar bang fathan menuju pagar rumah hanya untuk mengatakan."Abang, abang jangan lupa pulang ya. Adek nungguin abang pulang loh. Abang baik baik disana ya. Adek sayang abang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Menuju Syurga (END)
Fiksi RemajaSelamat Membaca. COMPLETED !!!!!! ✔ (🔜 Revisi) Aku ingin menjadi seseorang yang membuatmu bahagia di tahun tahun mendatang. Saat kau duduk menikmati hujan dibalik kaca yang berembun seperti yang pernah kita lalui berdua, aku ingin menjadi kopi yang...