92| Pertanyaan

322 23 0
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ ﴿١٠﴾


“…Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Havva pov.
Aku mendapat telfon dari fathan dua puluh menit yang lalu.
Telfonnya benar benar mengejutkanku karena ia mengatakan bahwa caca sudah sadar.
Aku senang, alhamdulillah.
Ternyata allah masih memberikan kesempatan untuk melihat dunia lebih lama lagi kepadanya.
Itu bertanda bahwa operasinya benar benar berhasil.

Aku tau fathan pasti sangat kebingungan dalam menghadapi situasional seperti sekarang ini dalam kondisi seorang diri.

Umi dan abi  mereka sedang pergi ke luar kota.
Mama tentu masih di rumah karena beliau juga masih dalam keadaan pasca operasi dan papa sedang di kantor.
Palingan mereka akan menjenguk nanti malam.

Fathan pasti kebibgungan menjawab pertanyaan caca tentang anak mereka.
Bagaimanapun juga, setelah caca fathan adalah orang yang paling kehilangan saat ini.
Fathan adalah ayah yang sangat sedih saat ini.
Ia tidak bisa bertemu anaknya sebelum pada akhirnya allah menjemputnya kembali dn membawanya ke syurga.
Tak heran, saat aku menemaninya di ruangan caca, pada malam harinya aku mendengar fathan sering terisak saat berdoa.
Aku bukannya tidak tau, aku tau kalau dia menangis sehabis tahajjud.
Aku memilih diam dan berpura pura tidur hanya memberikan waktu untuk sendiri kepadanya.
Dan siangnya saat aku memberikan nasehat sederhana kepadanya tentang bahwa allah tidak akan membebani makhluk dengan sebuah ujian di luar kesanggupannya.
Aku juga memberikan pengertian bahwa dia harus tetap banyak banyak bersabar karena allah akan menggantinya dengan yang lebih baik, dia hanya tersenyum dan aku tau itu di paksakan.

Berat. Memang berat menjalani semuanya jika kita melaluinya dengan hati yang tidak penuh dengan cahaya iman.

Aku sudah dalam perjalanan menuju kamar caca.
Bagaimanapun nantinya, aku harus mengalihkan fokusnya dari pertanyaan pertanyaan yang mengacu pada anaknya.
Karena kondisi dan keadaan caca saat ini masih belum menentu karena dia baru saja sadar.
Yang ingin aku tanyakan adalah, kenapa dia meminum pil terlarang itu.
Selebihnya biarlah fathan yang menyelesaikan.
Dia paksakah dia atau bagaimana.
Aku tidak mendapat jawaban dari siapapun bahkan dari dokter keparat yang sudah di keluarkan dari rumah sakit.

Satu belokan lagi  kemudian lurus di lorong depan aku akan sampai di kamarnya.

Aku tidak mengetuk pintu melainkan langsung membuka dan mengucap salam karena aku bukanlah tamu atau apalah.
Aku adalah keluarga pasien.

"Assalamualaikum."
Pemandangan pertama yang aku temukan adalah fathan sedang menyuapkan buah apel kepada caca.
Dan caca,
Pucat sekali.

"Walaikumsalam."
Jawab mereka,
Suara fathan mendominasi dan suara caca pelan.

"Ma sya allah, udah bangun kamu nduk."
Aku pura pura kaget

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang