89| Membaik

318 23 4
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Setelah mengemas rindu, aku berharap kamu akan menerimanya melalui kiriman yang aku kirimkan.
Membukanya dan menyimpannya dengan penuh cinta.
Agar kelak jika kau merindukan aku, kau bisa melihatnya kembali dan kau akan mengingat bahwa aku pernah seluar biasa itu mengagumi dirimu.

Author

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Hari berganti bulan berlalu.
Perlahan lahan semuanya kembali membaik.
Keadaan caca dan mama sudah semakin membaik. Dokter bilang keluarga hanya butuh waktu untuk menunggunya sadar kembali.

Aku sudah kembali bekerja.
Tak sampai hati melihat papa yang terlalu lama menghandle pekerjaanku yang tidak sedikit itu.
Meski harus bolak balik rumah sakit-rumah-dan kantor tempatku bekerja, aku menjalani semuanya dengan ikhlas.

Aku tidak sendirian disini.
Umi selalu menemaniku dan juga havva.
Aku, umi, abi, havva dan papa mengambil peran dalam menemani dan menjaga istriku dan juga mama.
Semuanya ikut serta.

Oh ya, pasti penasaran perihal hanum bukan?
Setelah sebulan caca dan mama di rawat disini, aku selalu menunggu nunggu masa cuti yang katanya pergi ke turky itu habis.
Tapi nyatanya sampai saat ini dia belum muncul muncul juga.
Havva juga sama sepertiku penasarannya.
Pernah havva bertanya pada bagian informasi di rumah sakit ini tentang keberadaan hanum,
Tapi petugas bilang hanum sudah tidak praktek di runah sakit ini lagi.
Selain karena alasan cuti yang tidak jelas, ia juga tidak datang lebih dari kapasitas cuti yang sudah di tetapkan.
Aku bersyukur karena dia sudah tidak mengganggu kehidupanku lagi.
Harapku kedepannya, aku lebih berhati hati lagi agar caca tidak menjadi korban untuk kedua kali.

Hari ini aku pulang kerja seperti biasanya
Jam 5 aku akan keluar dari kantor dan seperti biasanya aku akan mengendarai mobil menuju rumah untuk membersihkan diri dan makan
Setelahnya aku akan kembali ke rumah sakit untuk menemani istriku dan juga mama.

Jalanan terasa padat.
Biasanya sore sore begini aku akan singgah sebentar untuk membelikan sesuatu buat caca.
Dia memang tidaj meminta apapun, tapi aku selalu membelikannya makanan dan itu selalu habis di lahapnya.
Berbeda dengan sekarang, tidak ada lagi caca yang akan menghabiskan makanan yang akan aku bawa makanya aku tidak menepi untuk membeli sesuatu.
Ah, aku benar benar merindukan aisyah.

Setelah setengah perjalanan,
Ponselku berbunyi.

Havva

Ada apa?

"Halo assalamualaikum."
Aku mengawali.

"Walaikumsalam than. Lo dimana? Udah pulang kerja? Udah dirumah belum? Atau lagi di jalan?"
Havva langsung meruntutiku denfan banyak pertanyaan.

"Gua dijalan, udah pulang, gua belum di rumah, ya gua lagi di jalan. Kenapa?"
Aku menajwab semua pertanyaan havva.

"Balik lagi aja ke rumah sakit. Mama udah sadar."
Mataku membulat mendengar kabar dari havva

"Serius lu va?"
Aku menepikan mobil.

"Iya. Mama udah lumayan baikkan. Kesini aja dulu."
Suara havva santai.

"Iya iya. Tungguin."
Aku menutup telfon secara sepihak.

Aku memutar arah menuju rumah sakit.
Aku pikir, mama jauh lebih penting di bandingkan pulang hari ini.
Aku ingin cepat cepat menemui malaikat yang baik hati itu.

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang