46| Jalan Jalan

513 36 3
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Aku ingat.
Pada suatu senja kau memang pernah mengajakku untuk menikmati senja bersama.
Aku tau, kau memang benar benar menginginkannya saat itu.
Namun aku lebih memilih untuk menolakmu karena memang bukan belum saatnya kita bercengkrama dalam nikmatNya karena status kita bukanlah siapa siapa.

Kemudian, pada hari yang lelah
Aku berusaha dengan luar biasaagar mampu memenuhi keinginanmu menikmati senja dan keinginanku sembari mendapat kerihoanNya dalam hubungan yang nyata. Hanya saja kau tidak tau akan hal itu. Aku tau, kau sudah bosan untuk menunggu.

Hingga pada senja yang patah, aku berusaha mencari keberadaanmu. Aku belum berani menemuimu karena aku belum bisa menepati janjiku kepadamu untuk menjemput halal.
Aku mengirimimu sebuah surat.
Ternyata kau sudah lebih dulu menikmati senja sendiri tanpa diriku.
Aku menatapmu sendu karena ingat bahwa penyebabmu luka adalag aku.
Aku menyesali perbuatanku karena terlalu lama membuatmu menunggu. Padahal aku tau kau tidak suka perihal rindu.

Makanya,
Hari ini, saat semesta sudah berpihak kepada kita, aku ingin menepati janjiku kepadamu. Meski kau sudah dulu menikmatinya dalam sepi,
hari ini izinkan aku membuat semuanya menjadi lebih berwarna.
Hari ini, aku menepati janjiku untuk menemanimu melihat jingga diujung senja.
Tenanglah, kita akan melaluinya bersama.

Muhammad fathan al zikri


••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••


Aisyah pov.
Aku sedang sibuk didapur menyediakan sarapan untukku dan juga bang fathan. Aku memilih nasi goreng ayam sebagai menu pagi ini.
Tadi sewaktu setelah selesai shalat subuh bang fathan memilih untuk tidur lagi.
Aku memaklumi karena memang dia benar benar terlihat lelah sekali.

Nasi gorengnya sudah selesai aku kerjakan, aku hanya tinggal menggoreng ayam sebagai lauknya.
Sejak aku kecil, aku memang diajarkan oleh umi untuk memasak karena aku adalag anak perempuan yang kelak akan menjadi ibu pula untuk anak anaknya.
Selama dipesantren pun aku juga suka menghabiskan waktuku didapur apabila aku memiliki waktu senggang.
Makanya aku sudah terbiasa dengan aktivitas yang satu ini.

Setelah semua terhidang, aku menutupnya sebentar karena aku ingin mandi terlebih dahulu.
Aku melangkah menuju kamar dan perlahan membuka pintu.
Aku menemukan bang fathan masih meringkuk dalam selimut.
Aku tersenyum melihatnya tertidur dengan nyaman.

Aku memilih untuk melanjutkan tujuan utamaku tadi yaitu mandi.
Aku berjalan dan menutup pintu kamar mandi.

Fathan pov.
Aku terusik saat cahaya matahari mengenai wajahku.
Aku menggeliat kemudia melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.55
Aku tidak menemukan caca-ku di kamar.

"Kemana caca?"
Batinku.

Tadi setelah subuh aku memang memutuskan untuk melanjutkan tidur karena hari ini aku akan membawa caca pergi.
Karena penat setelah acara kemaren belum lepas, makanya aku berniat untuk melanjutkan tidur setelah shalat subuh.

Aku mencari caca di kamar dan balkon. Aku tidak menemukannya.
Aku melangkah keluar dan berjalan kebawah. Barangkali caca sedang didapur. Tapi aku juga tidak menemukannya.
"Caca kemana ya?"

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang