11| Surat Untuk Caca

489 58 0
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Disini Hujan
Disini ada rindu dan secangkir kenangan.
Dan disini ada aku bersama dengan sebait doa yang selalu mengikutsertakan namamu. Aku hanya rindu. Itu saja.*

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Hari ini adalah hari keberangkatanku menuju turki.
Aku diantar ke bandara oleh mama dan papa. Mama semenjak keluar dari hotel tadi sudah menangis namun tetap saja menyuruhku untuk pergi.
Sementara papa kulihat berusaha menegarkan diri sendiri.
Ah, aku akan merindukan mama.
Aku akan merindukan papa.
Pokoknya nanti aku akan kuliah dengan sebaik baiknya agar aku tak mengecewakan dua syurga yang allah titipkan ini.

"Mama,abang rindu umi nafisha dan abi azmi." Aku baru sadar aku tidak mengunjungi mereka sudah 3 tahun karna semenjak tamat dari sekolah menengah, aku tak pernah pulang kerumah. Mama dan papa lah yang mengunjungiku beberapa kali kesini. Alhasil aku hanya mengabari mereka lewat via telfon saja. Itu juga berarti aku sudah tidak berbicara dengan caca selama 3 tahun.

Wah, aku tak memyangka aku bisa melakukannya.
Padahal, sewaktu aku sekolah menengah,aku setiap hari pergi kerumah umi nafisha hanya sekedar melihat caca dan mengganggu gadis manja itu.

"Iya, abang kan nggak mau pulang. Kemaren abi azmi bawain cokelat kesukaan abang loh. Oleh oleh dari singapura."
Abi azmi memang selalu membawakan mama papa dan juga aku ketika pulang dari luar negri untuk melaksanakan tanggung jawabnya diperusahaan.

"Kok gak mama bawain sih buat abang."
Aku cemberut.

"Ah,diturki banyak."
Papa ikut bicara.

"Hahaha..nanti abang beli cokelat yang banyaaak banget."
Kami tertawa bersama.

Sesampainya di bandara

"Mama, papa. Abang berangkat ya. Ridhoi abang belajar di turki. Doakan abang supaya urusan abang lancar ya."
Aku pamit.

"Iya nak. Rajin rajin ya belajarnya. Jangan sama kayak SMA, nggak mau pulang."
Mama semakin terisak.

"Eh, fathan pulang kok ma. Salim dulu."
Aku menyalami keduanya.

"Assalamualaikum mama papa."
Aku mencium pipi kedua orang tuaku.

"Oh iya ma, dua hari lagi ulang tahun caca. Tolong kasih ke umi nafisha ya."
Aku menyerahkan sebuah amplop berwarna hitam. Papa menggeleng

"yang caca ini nggak mau ketinggalan ya."
Aku menyeringai.

"Fathan pergi ya. Assalamualaikum."
Aku melambai.

"Wa'alaikumsalam abang."
Aku berangkat.

Aku tak lupa membaca doa sebelum benar benar meninggalkan tanah kelahiranku ini.

Aisyah pov:

Perintah kepala sekolah untuk mengumpulkan ijazah Sekolah menengah membuatku lega. Pasalnya bagi ijazahnya yang berada dirumah boleh menjemputnya pulang.
Dan itu artinya nanti aku pulang.
Iyeeaaay.
Aku sudah memberitahu umi dan abi dan abi akan sampai disini ba'da maghrib nanti.

Sekarang baru pukul 5 sore.
Aku pikir bisalah untuk mandi dan istirahat sebentar.
Aku memutuskan untuk membaca novel kesukaanku yang baru saja diterbitkan beberapa minggu yang lalu. Tepat pukul 6, aku mempersiapkan diri untuk pergi ke mushola melaksanakan sholat berjamaah.

Setelah melaksanakan sholat maghrib berjamaah, aku mengambil al-qur'an kecilku. Lalu mulai membacanya.
Baru saja menyelesaikan 1 halaman, aku dipanggil salwa.

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang