69| Hanum

366 31 1
                                    

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Terima kasih. Karena telah memilih untuk bertahan bersamaku.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Hanum pov.
Masih ingatkah dengan aku? Orang yang selalu diperlakukan duni secara tidak adil?
Ya. Dugaanmu sekarang benar.
Aku sudah menyelesaikan pendidikanku di turki.
Apa? Terlalu cepat?
Itulah aku, bisa mendapatkan apa yang aku mau kecuali lelaki keras kepala itu. Tapi jangan khawatir, sebentar lagi laki laki itu akan berada dalam genggamanku.
Hari ini adalah kepulanganku ke indonesia, dan asalkan kalian tau aku langsung dipekerjakan di rumah sakit panti wilasa citarum.
Dan aku akan mengambil apa yang seharusnya sudah menjadi hakku.
Aku akan membuatnya mencintaiku meski berkali kali menolakku di turki.
Aku akan selalu berusaha dan kali ini tidak akan gagal.
Fathan tunggu aku

Aisyah pov.
Hari ini adalah hari pertama bang fathan mulai kerja setelah cuti karena sakitnya.
Jadi, hari ini aku akan ikut dengan bang fathan. Bukan ke tempat kerja maksudku.
Aku akan pergi ke rumah mama, nggak ngapa ngapain kok. Cuma pengen main aja.
Lagipun umi dan abi lagi gak dirumah. Biasalah sibuk masalah pekerjaan.

"Udah siap sayang?"
Bang fathan menanyaiku yang masih di meja rias

"Udah kok bang. Yuk jalan."
Aku mengamit lengan bang fathan.

Kami berangkat pukul tujuh. Pagi sekali bukan?
Rencananya aku mau beli sesuatu buat mama, tapi belum ada supermarket yang buka, makanya aku gak bawa apa apa sekarang.

Selama perjalanan aku hanya berbincang bincang ringan. Hanya bang fathan yang tak bisa diam. Aku selalu tertawa dengan apa yang dia katakan.

"Sayang, nanti abang jemput ya. Kayaknya abang pulang cepet nanti. jam 3 an abang jemput ya."
Aku sudah berada didepan rumah mama sekarang.

"Iya abang, caca tunggu ya bang. Nggak masuk dulu?"
Aku bertanya seolah aku yang punya rumah.

"Hmm, nggak kayaknya sayang. Nanti abang telat. Titip salam ke mama ya."
Aku mengangguk dan mencium punggung tangan bang fathan.

"Baik baik ya abang. Assalamualaikum."
Aku pamit.

"Walaikumsalam sayang."
Bang fathan berlalu.

"Sayaaang."
Aku berbalik arah. Ternyata mama sudah berjalan dari rumah ke pintu pagar.

"Assalamualaikum mama."
Aku menyalami mama

"Walaikumsalam nak. Kamu sama apa kesini? Jangan bilang pake taksi? Atau ditinggalin fathan? Ah anak itu selalu aja bikin mama kesel."
Aku tertawa mendengar pertanyaan beruntun dari mama.

"Nggak kok ma, caca nggak naik taksi. Caca dianterin abang. Tuh mobilnya masih keliatan."
Mama melihat ke arah telunjukku.

"O iya, kirain dia gak bertanggung jawab sama anak mama."
Aku tertawa lagi.

"Tanggung jawab kok maamaa."
Aku menggenggam tangan mama, meyakinkan.

"Ya udah. Masuk yuk. Mama ada sediain bolu kukus buat kamu."
Aku senang mendengar bolu kukus yang mama bilang. Aku memang menyukai bolu, apapun jenisnya.

Aku menuruti mama masuk ke dalam rumah.
"Papa udah pergi mam?"
Aku memulai pembicaraan.

"Udah nak, papa pergi pagi sekali karena ada meeting. Eh dikantor fathan tuh. Fathan juga buru buru nggak?"
Mama meletakkan bolu didepanku. Ah, menggiurkan sekali.

"Iya ma, disuruh masuk aja nggak mau karna takut telat katanya."
Aku masih memperhatikan bolu yang ada di depanku ini.

"Eh, jangan di pelototin terus dong. Makan yaa."
Ah, ini yang aku tunggu tunggu dari tadi sebenarnya.

Aku cengengesan dan mencomot satu potong bolu dan memasukannya ke dalam mulutku.

"Hhmmh, enak banget maaa. Lembut. Ajarin caca dong."
Aku benar benar merasakan sensasi bilu kukus buatan mama.

"Hahah, kapan kapan deh mama ajarin ya. Sekarang kita mau belanja dan ke salon dulu."
Aku tertawa mendengar mama yang masih bertingkah seperti anak muda.

"Siap deh buk bos."
Aku mengacungkan jempol.

"Ma."
Lanjutku.

"Ya?"
Aku tersenyum dan menampilkan puppy eyes

"Boleh nambah bolunya gak? Hehe."
Mama menepuk jidat.

"Ambil aja lagi sayaang. Kan mama sengaja buatnya untuk caca."
Aku bersorak di dalam hati.

"Yeey, makasih maa."
Aku mencomot sepotong bolu lagi.

"Hahah, mirip banget sama fathan kalau urusan bolu mah."

Aku terkekeh.

"Bentar ya. Mama mau siap siap dulu. Nanti kalau bosan nontom atau ke kamar fathan aja ya ca. Mama mau mandi bentar."
Aku mengangguk karena mulutku penuh dengan bolu.

Mama melangkah ke kamar dan tinggal lah aku seorang diri.
Aku memuaskan seleraku dengan bolu buatan mama. Wess, nggak ada lagih.

Setelag habis separuh bolu itu, aku jadi nggak enak untuk menghabiskannya. Padahal aku masih mau.
Aku menutup makanku dengan segelas air putih yang di sediakan mama diatas meja.

Lama aku duduk dìsini dan mama tak kunjung keluar. Aku memutuskan  menuruti perkataan mama untuk melihat lihat kamarnya abang.

Aku menaiki tangga dan membuka pintunya.
Dan,
Ternyata tidak di kunci.
Aku mulai masuk ke dalam kamar yang ternyata lumayan rapi untuk ditempati oleh seorang laki laki.
Kamarnya didominasi oleh warna navy, semua buku buku bang fathan tersusun rapi dalam lemari yang lumayan tinggi. Ternyata bang fathan mengoleksi banyak buku buku.

Mulai dari buku yang bisa dijadikan referensi, sampai pada buku buku novel atau antalogi resonansi, eh sajak juga ada kok. Lengkap banget.
Nanti kalau abang kesini aku minjam beberapa bukunya lah.

Aku tertarik pada satu buku berwarna ungu.
Aku lihat judulnya Kunamai Bintang Itu Namamu. Itu buku karangan cindy jovian.
Bagus sekali.

Aku membuka halaman pertama dan menemukan secarik kertas.

Doakan aku berhasil, humairahku.
Dan doakan juga agar aku cepat cepat menjemputmu.
Abang🖤.

Aku senyam senyum sendiri membaca kertas tersebut. Aku lanjut melihat lihat album foto yang terlihat di nakas.
Dan,

Wah, ketika aku membukanya ternyata itu adalah album foto masa kecilnya abang.
Hihi, aku gemes melihat foto fot bang fathan.
Apa lagi sewaktu melihatnya memberikan ice cream keoada aku yang menangis.
Perasaan dulu babg fathan gak se gemesin ini deh.

Aku melihat foto perubahan bang fathan dari masa ke masa.
Satu hal yang aku tau lagi tentang laki laki yang sekarang sudah menjadi suamiku itu.
Ternyata abang baby face.

Uuh, menggemaskan sekali.
Kalau seandainya dia ada di sini mungkin sudah aku habisi pipinya itu.
Ah, aku jadi merindukannya.

"Caca."
Aku mendengar panggilan mama

"Iya maa."
Aku keluar dari kamar bang fathan dan menutup pintunya kembali

"Oh disana rupanya. Gimana? Udah tengok kamar abangmu?"
Mama menggoda

"Eh, hehe udah kok maa. Berangkat sekarang ma?"
Aku bertanya pada mama yang sudah terlihat rapi

"Iya deh sayang. Nanti takut si fathan malah jemput kamu lagi."
Ekspresi mama berubah menjadi kesal.

"Hahah, ya udah deh ma. Kita pergi sekarang aja."

Aku dan mama pergi,
Tanpa beban apapun.

_________________________________________

Yuhuu, yang bentar lagi kita mau buka puasa.
Jangan lupa vote yaa🤗

Teman Menuju Syurga (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang