O3🌷

1.7K 265 8
                                    

Kadangkala kehidupan memang terasa lebih baik di malam hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kadangkala kehidupan memang terasa lebih baik di malam hari. Sendiri berbalut sepi. Berteman rembulan dan bercumbu dengan angin sepoi. Membiarkan jendelanya terbuka, Jisu duduk di depan meja belajar dan tentu ia sedang belajar.

Namun kali ini dirasanya sakit pada pergelangan tangan kanannya. Terasa ngilu ketika ia gunakan untuk menulis. Lantas ia teringat akan perlakuan kasar yang ia dapat di akhir jam sekolah hari ini. Pergelanganya bertemu paksa dengan tepian wastafel setelah mendapat dorongan dari Yena.

Belum usai dengan pemutaran memoar kelabu, Jisu mendengar suara ketukan di pintu utama rumahnya. Ia pikir itu sang ayah, karena pria tersebut memang terbiasa pulang hingga lewat tengah malam.

Tetapi, siapa sangka, seseorang yang berdiri di depan pintu adalah pemuda yang beberapa jam lalu beradu pandang dengan Jisu.

Sejenak gadis itu dibuat membulatkan mata, sebelum Soobin mengulurkan sebuah kotak berisi makanan.

"Ibu memberimu ini, makanlah dengan ayahmu," begitu ucap lelaki jangkung itu.

"Terima kasih," Jisu pun meraihnya. Tentu dengan tangan kanan hingga berhasil membuat Soobin mencuri pandang pada satu bagian yang membiru di sana. Lantas dengan cepat Jisu menurunkan tangannya.

"Kalau begitu aku pulang," ucap Soobin kemudian.

Semesta masih ingat, keduanya memang hidup berdampingan sejak lama. Melewati masa kecil bersama. Begitu akrab hingga dulunya enggan terpisahkan.

Namun sejak SMP, waktu sedikit merenggangkannya. Menuliskan alur berbeda pada keduanya. Memang benar tak ada badai apapun di antaranya, tapi sampai pada tahun ke delapan belas mereka hidup, keduanya memilih jalan masing-masing.

━━━━━━━━━━━━━━━━━2Ocm━ ˎˊ˗


2Ocm √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang