39🌷

461 95 0
                                    

Pada salah satu waktu istirahat, mengunjungi perpustakaan adalah pilihannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada salah satu waktu istirahat, mengunjungi perpustakaan adalah pilihannya. Sekadar membaca ulang buku catatan, pun atau mengerjakan beberapa soal latihan.

Satu-satunya ruang ternyaman di gedung sekolah bagi Jisu hanyalah perpustakaan.

Ia yang duduk menghadap jendela maha luas, sejenak menerawang ke luar. Tiba-tiba saja teringat tentang tes masuk perguruan tinggi yang diadakan kurang lebih lima bulan lagi. Bukan waktu yang lama bagi mereka yang akan mengikuti ujian tersebut. Sebab banyak hal harus dioersiapkan matang-matang.

Kala hendak kembali menatap lembar buku, seseorang tiba-tiba berdiri di samping Jisu.

"Kau akan kuliah?" suara pria itu melontarkan tanya.

"Nde, ssaem," ungkap Jisu.

"Mau mengambil bahasa inggris? Nilaimu cukup bagus di sana," pak Park menitah.

"Sonsaeng-nim, annyeonghaseo."

Satu orang tak terduga lagi-lagi muncul. Jeong Yena——entah dengan urusan apa dia yang anti pak Park kini menyapa. Bahkan memutus satu topik obrolan dengan siswi lain itu.

Dan lihat,  sekarang ia mengajak pria itu berbicara di lain tempat.

Taman belakang sekolah, cukup sepi memang.

"Wah, apa ini saatnya kau mengakuiku sebagai tunanganmu?"

"Teruslah bermimpi," sahut Yena usai Jimin selesai dengan kalimatnya.

Gadis yang telah menghadap pria itu kini melipat kedua tangan. "Kenapa kau dekat-dekat dengannya?"

"Kenapa? Tidak mungkin——kau cemburu?"

Decakan cukup keras dilontarkan oleh Yena. "Aku tidak suka padanya, dan tidak suka jika kau berada di dekatnya."

"Tapi kenapa? Dia anak baik-baik. Apa dia pernah menyakitimu? Tidak, kan? Ayolah bersikaplah baik pada teman-temanmu."

Ah deretan kalimat Jimin malah jadi begitu membosankan bagi Yena. Rautnya saja sangat jelas menggambarkan jika ia enggan menanggapi lagi.

"Terserah," kata itupun diucap Yena seraya mengambil langkah untuk berbalik dan meninggalkan  Park Jimin.

Namun, satu tangan Jimin berhasil meraih lengan Yena.

"Hei, bukankah kau sendiri paham jika aku adalah guru di sekolah ini? Aku hanya merekomendasikan dia untum menekuni bahasa inggris," jelasnya kemudian.

"Ara," kali ini sungguh kata terakhir dari Yena. Gadis itu melepas tangannya dan pergi.

Apa apaan dengan sikapnya itu?

━━━━━━━━━━━━━━━━━2Ocm━ ˎˊ˗

2Ocm √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang