5O🌷

444 85 1
                                    

Mendekati menit ketiga puluh waktu istirahat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendekati menit ketiga puluh waktu istirahat. Aktivitas belajarnya di perpustakaan memang tidak boleh dikatakan sia-sia. Bahkan gadis itu mendapat satu pernyataan yang tidak salah jika ia terima.

Namun sayang, untuk materi belajar malah jadi beberapa butir saja yang masuk ke otaknya.

Lantas Choi Jisu memilih kembali ke kelas. Rautnya memang lebih meredup. Ditambah atmosfer sekitar yang sedikit banyak memanas. Juga, satu hal yang begitu rutin menyingkap ketenangan gadis itu.

"Ya, kau kemana saja, bodoh?"

Di ambang papan pintu 3——2, Yena berdiri. Tidak sendiri. Seperti biasa, dua pengikutnya memenuhi sisi kiri dan kanannya. Yena melontarkan kalimat cela pada lawan bicara. Sedang Jisu senantiasa tak berkata.

Berikutnya Yena berdeham. Mengusap tenggorokannya lantas berucap. "Ouh, hausnya. Ya, belikan aku minum, se-ka-rang."

Satu kata terakhir telah Yena tekankan. Namun, siapa pun tahu bel ujian berikutnya akan berbunyi. Dan mempersiapkan diri di bangku masing-masing adalah hal yang sepantasnya dilakukan.

"Nanti saja," ucap Jisu sembari melangkah hendak masuk ke kelas.

"Kau tuli?"

Satu tangan Yeso dipalangkan, seiring perkataannya yang tajam.

"Apa kau benar-benar bodoh hingga tak tau arti 'sekarang'?" sahut Shinyoung.

"Well, masih mau melawan?" Yena pun menampilkan senyum miringnya sembari dengan senang hati menatap air muka Jisu yang kesal.

Pada akhirnya Jisu beranjak. Melangkah pergi menuju kantin sekolah. Ah, harus dihancurkan seperti apa lagi kepingan hati Jisu yang bahkan telah lama tidak merekat. Juga keadaan diri yang seakan tak ada harganya lagi.

Tiga minuman kaleng sesuai pesanan telah berada di genggaman Jisu. Barusaja satu anak tangga terlewati, bel telah berbunyi. Dan Jisu harus lari dibuatnya. Sementara ruang kelas tujuan ada di lantai tiga. Urutan kelima dari sebelah tangga.

Jisu yang tak begitu rutin berolah raga pun tentu menjadi lelah. Dengan keringat yang membasahi ujung poninya ia sampai di ruang kelas. Sayangnya sang pengawas telah sampai lebih dulu.

"Kau, apa minuman lebih penting dari ujianmu?!"

Ah, Jisu harus mendengar tukasan lagi.

"Joesonghamnida."

Sementara ketiga gadis penebar titah tetawa pelan-pelan.

━━━━━━━━━━━━━━━━━2Ocm━ ˎˊ˗

2Ocm √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang