Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
|Yena-ya
"Ck!"
Satu decakan untuk balasan dari sebuah pesan. Tidak sinkron.
Tak acuh, gadis itu kembali pada aktivitas awalnya. Melewati detik-menit-jam-hari hanya untuk belajar. Tunggu——mengganggu Jisu juga masuk dalam daftarnya.
Ah, Choi Jisu ya?
Mengulas bayang ekspresi dari gadis itu menghentikan jemari Yena yang bergelayut menuliskan jawaban pada buku soal. Benaknya samar berdesir. Sebuah pengakuan kesalahan berucap dan bertindak? Entahlah, jelasnya Yena belum menyadari.
Frustasi.
Satu pena terhempas kasar pada meja. Cukup. Fokusnya telah hilang bersama angin malam. Sedang notasi jam sampai pada angka kembar.
Usai berberes Yena melangkah keluar dari gedung bimbingan belajar. Oh, semesta sungguh berniat memecah kepala Yena. Benar-benar ingin melayangkan sumpah serapahnya.
Park Jimin tak jauh dari sana. Bersandar pada mobil dengan tesmak hitam bertengger pada pandangannya.
Belum ada permintaan untuk menjemput, tapi pria itu malah sudah lebih dulu datang. Lantas berakhirlah Yena di balik seatbelt kendaraan Jimin.
"Yena-ya," panggil prianya.
Dengan berat gadis itu mengalihkan pandang dari jalanan kota kepada Park Jimin.
Terlewat dua detik dan belum ada kelanjutan.
"Aniya," begitu setelahnya.
"Ck."
Kembalilah Yena enggan menatap prianya. Namun, tak lama terjadi panggilan lagi.
"Yena-ya."
"Mwo?"
"Saranghae."
"Turunkan aku sekarang."
Tawa pelan malah berkumandang. Sungguh pria itu tak bisa memahami suasana hati Yena ya?
"Yena-ya."
"Sekarang apa lagi?"
Sejemang kembali tiada sahutan. Malahan gadis itu mendapati Jimin yang terus fokus pada jalanan. Membuat dahi Yena berkerut, sedang kedua tangannya gemas ingin mengacak tatanan diri Jimin.
"Berdamailah agar kau lebih tenang."
Dan kepalan tangannya melonggar seiring pupil yang seketika melebar. Bermaksud mengerti akan perkataan si pria.