26🌷

669 143 6
                                    

Tiba-tiba hujan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba-tiba hujan.

Benar bukan, alur semesta sering kali tidak bisa ditebak. Di akhir musim semi milyaran tetesnya membasahi bumi kala malam hari. Diorama itu mungkin jadi menyulitkan sebagian manusia, namun bisa juga menimbulkan euforia bagi yang lainnya.

Di bawah payung biru tua, Choi Jisu berlindung. Ia memang suka hujan, namun berlama-lama terjebak di tengahnya untuk sekadar menunggu seseorang memang penat rasanya. Lantas entah kartu sial keberapa yang dijatuhkan padanya, tiba-tiba satu payung yang ia bawa kini berpindah tangan dengan paksa.

"Gomawo, babo-ya," ucapan samar terdengar dari gadis berambut cekak.

Shinyoung——gadis itu kini berjalan mengikuti dua kawannya. Sedang salah seorang dari mereka tersenyum miring menatap Jisu yang mulai basah sebab air hujan.

Tak jauh dari gerbang sekolah itu, ketiga gadis licik berhenti. Memasuki mobil masing-masing dan satu hal lagi benar-benar menyakiti hati Jisu. Payung itu, payung milik Jisu itu, kini dipatahkan ketika sang perebut tidak membutuhkannya lagi.

Jisu sungguh tak habis pikir. Bagaimana bisa mereka hidup dengan mempermainkan orang lain. Lantas kapan perbuatan ketiganya terbalaskan?

Jisu menjadi sangsi dengan suatu hal bernama karma.

Kapan ia bisa melihatnya?

Belum usai merutuki para gadis itu, tak diduga ia mendapat sebuah cengkeraman di tangannya.

"Ayo!"

Suara itu, seorang pemuda sumbernya. Yang menarik Jisu untuk meninggalkan tempat. Bukan, itu bukan orang yang ia tunggu. Bahkan itu orang yang tak ia sangka berada di tempat tersebut.

Choi Soobin.

"Y——ya, kenapa kau di sini?" tanya Jisu dengan sedikit lantang guna melawan suara hujan.

"Tunggu sebentar, kita harus sampai di pemberhentian bus," balas Soobin tanpa menoleh.

Arkian, mereka sampai di tempat itu. Keadaan penuh memang tak bisa dipungkiri. Banyak orang berteduh. Menyebabkan Jisu dan Soobin hanya memiliki sedikit ruang. Bahkan jarak mereka terpaut beberapa senti saja. Salah satu bahu Soobin pun harus rela terkena hujan.

Kala beberapa orang pergi, Jisu bergeser agar pemuda Choi mendapat bagian. Namun, sang lelaki malah bergeming dengan arah pandang ke langit malam.

Daripada memanggil, Jisu lebih memilih menarik ujung seragam Soobin yang telah mencuat keluar.

"Kenapa aku harus pulang denganmu," Jisu bergumam. Ia juga tidak mengharap jawaban.

Tapi ternyata Soobin membalas.

"Karena tujuan kita sama."

━━━━━━━━━━━━━━━━━2Ocm━ ˎˊ˗

2Ocm √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang