Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suatu hari dimusim panas. Derajat 90 antara angka sepuluh dan satu pada jam dinding di atas televisi. Jika berputar, sisi yang berlawanan menampilkan sebuah bingkai 20R yang melukiskan afrodit bergaun putih bersama sang pasangan yang begitu rupawan.
"Penga-ya, mari kita mandi."
Seseorang berjalan. Berbalut piyama seraya memeluk kucing kesayangannya. Seorang pria, berlesung pipit sama persis dengan taruna yang terlukis di fotonya.
Melewati pintu kaca, menghilang terhalang tirai yang bergelayut terkena tiupan udara. Suara aliran air lantas terdengar. Menjadi irama pengiring sahutan antara dua manusia di taman belakang rumah mereka.
"Uri Penga-ya, kau senang?" Choi Jisu, wanita berkuncir messy bun itu berucap.
"Nde, eomma!" sedang pria yang memegang kendali selang air menyahut dengan suara tiruannya. Choi Soobin di sana.
Sekian menit terlewat untuk membasahi satu kucing berbulu lebat itu. Manuver berikutnya adalah penuangan sabun hingga membuat makhluk manis itu berbalut busa.
Cukup menyenangkan. Melakukan hal kecil bersama pasangan resminya, Soobin menyadari itu. Lalu maniknya malah terpaku pada konfigurasi laksmi di depan diri.
"Ah, benar," Soobin mengumpulkan kesadaran sembari menatap selang di tangan.
Gemulai angin ternyata meninggalkan sebuah ide di pikiran Soobin. Begitu brilian ia rasa.
Penekanan pada kepala selang, air pun mencurat. Awalnya memang tertuju tepat pada Penga, namun selebihnya malah mengenai piyama Jisu.
Sengaja, Soobin memang berniat melakukannya.
"Ya, hajima!" gertak Jisu.
Tidak mempan. Soobin malah terkekeh sembari terus memainkan sprayer air untuk menghujami Jisu.
"Ya--!"
Teriakan Jisu tercekat, sebab beberapa mili air mengenai wajahnya dengan kasar.
"Oh mian, gwaenchana?"
Menyadari kesalahan kecilnya, Soobin melepas selang lantas hendak mengusap wajah Jisu. Namun, tatapan tajam wanita itu menciutkan nyali Soobin. Bisa jadi tingkahnya akan salah lagi.
Tak peduli dengan kedua tangan yang berlumur busa, secepat kilat Jisu meraih satu-satunya selang di hadapannya. Bermaksud balas dendam.
Benar saja, Choi Soobin sudah kuyup badannya. Meniup poni yang basah, ia masih terdiam memejam. Sedang Jisu dengan senang hati tertawa melihat pembalasannya yang terbilang berhasil.