1O🌷

952 179 1
                                    

Sang surya senantiasa bersedia menerangi hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sang surya senantiasa bersedia menerangi hari. Seiring berputarnya waktu, sinarnya semakin memanas. Dan di tengah cuaca cerah berawan itu Jisu masih berkeliaran di sekitar sekolah, berlari ke sana kemari, melupakan perih lukanya untuk mencari seragam yang entah di mana.

Sebuah bangku panjang di taman sekolah kini Jisu duduki. Ia menunduk, mengatur napasnya yang memburu, menyeka keringatnya yang membasahi dahi. Seketika ia meringis ketika dirasanya luka itu kembali menganga. Kembali perih meski telah ia obati. Jisu yang meniup lukanya tiba-tiba berhenti.

Ia melamun, memikirkan atas alasan apa ia terus-terusan dirisak. Ketenangannya terus diganggu hingga perampasan haknya untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Padahal ia sangat ingin bisa kuliah nantinya. Namun apa daya, melawan yang tinggi tidak semudah membalikkan telapak tangan.

"Kenapa kau ada di sini?"

Seseorang tanpa diduga melontarkan pertanyaan. Pak Park di sana. Jisu pun bangkit dan memberi salam.

"Kau seharusnya di kelas, bukan?" imbuh pria itu.

"Saya sedang mencari seragam,"

"Seragam? Kau menghilangkannya?"

"Tidak———ah iya," Jisu menjawab demikian sebab ia enggan mengumbar keadaannya yang sering diganggu. Karena ia pun tahu bagaimana sikap semua guru terhadap para pemegang kekuasaan sekolah.

Terutama kepada donatur terbesarnya, ayah Yena.

"Segera temukan dan kembalilah ke kelasmu,"

"Nde."


━━━━━━━━━━━━━━━━━2Ocm━ ˎˊ˗

2Ocm √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang