Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Matahari telah sepenuhnya pulang ke peraduan. Malam datang bersama kegelapan. Sedang manusia masih bergulat dengan kesibukannya. Menyebabkan kota senantiasa ramai seperti biasa.
Di tengah beragam aktivitas itu, Taehyung dan Jisu tidak melewatkannya. Kala ini mereka duduk di sebuah kafe dengan pengunjung yang didominasi oleh para pemuda. Bahkan sebagian masih berseragam. Tak jauh berbeda dengan Jisu.
"Hh, aku merasa muda kembali," celetuk Taehyung usai menatap sekitar.
"Tapi kau masih muda," sahut Jisu.
"Hentikan, aku sudah hampir 26 tahun."
Percakapan keduanya pun terjeda oleh pesanan yang datang. Tanpa aba mereka mulai menyantapnya.
"Bagaimana?"
Pertanyaan Taehyung pada putaran menit berikutnya malah membuat Jisu bingung. Entah mengapa ia sedikit tidak fokus.
"Makanannya," imbuh sang pria.
"Ah, ini enak," jawab Jisu kemudian.
Seiring berakhirnya lagu yang diputar di kafe itu, Jisu selesai dengan santapannya. Sembari menunggu Taehyung ia senantiasa diam. Hanya tangannya yang terus bergerak untuk mengaduk minumannya pelan.
"Jisu-ya,"
Panggilan Taehyung membuat Jisu mengangkat kepala untuk menatap pria itu. Ah, pertemuan kedua bahkan sudah tidak membuatnya gugup. Jadi, itu pertanda apa?
Apa ia nyaman dengan Taehyung sebagai rekan saja?
Atau bagaimana?
"Mau membatalkan pertunangannya?"
Lantas Jisu terkejut dibuatnya. Ia sempat membulatkan mata usai mendengar hal tersebut.
"Kenapa tiba-tiba?"
"Ah, kurasa kau tidak sepenuhnya setuju."
Jisu kembali diam. Ia berpikir sejenak sebelum memutuskan jawaban. "Kau benar, tapi...
mari lanjutkan saja,"
"Kenapa? Jika kau tidak mau, kau bisa menolaknya,"
Ya, andai aku bisa.
"Jujurlah, kau dipaksa?"
"Bukankah setiap perjodohan adalah pemaksaan?"
"Ya, dan di setiap perjodohan ada hak untuk menerima atau menolak," balas Kim Taehyung.
Tapi opsi untukku adalah menerima atau kehilangan keluargaku satu-satunya.
