94🌷

208 35 15
                                        

Pengembalian rutinitas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pengembalian rutinitas. Notasi sepuluh pada perpotongan malam, Jisu berada dalam mobil hitam Kim Taehyung. Perjalanan pulang.

"Terima kasih hari ini."

Di ujung kilometer tujuan, rem terinjak dengan baik. Kendaraan berhenti, si penumpang sudah hendak pergi.

"Jisu-ya,"

Ternyata tidak secepat itu.

Panggilan Taehyung menghentikan manuver Jisu yang akan membuka pintu. Mengubah derajat hulu, si gadis menatap prianya. Menunggu rangkaian kata yang mungkin akan terucap.

"Mau mengakhiri permainan ini?"

Tunggu, Jisu tidak paham. Ketika rembulan enggan menjelaskan, para bintang juga hanya diam.

"Apa. . .maksudnya?"

"Pertunangan."

Cukup. Taehyung telah mengungkap. Namun, deru angin malah riuh jadinya. Meninggalkan tautan pada alis Jisu.

"Oppa——"

"Kupikir selama ini kau hanya menerima pertunangannya, bukan aku."

Serius, Jisu hanya menemukan keseriusan dari raut pun juga ucapan Taehyung. Pria itu tidak bercanda.

"Kenapa——"

"Aku tahu. . .hatimu milik yang lain."

"Opp——"

"Jadi, mari akhiri saja."

"OPPA!"

Satu titik menetes di tengah gersangnya semesta. Bersama teriakan itu Jisu menangis. Pertama kalinya. Membuat Taehyung berdesir hatinya. Ingin sekali memeluk, namun pertahanan diri masih berkuasa.

"Mianhae, jinjja mianhae."

Di sela isakan, sekuat tenaga melontar kata. Rasanya sesak lagi. Jisu terus menunduk, tak kuasa menatap konfigurasi si pria.

"Semuanya terlalu tiba-tiba untukku.

Awalnya aku merasa dijual.

Kuterima untuk meringankan beban ayah.

Selanjutnya aku nyaman. Aku terbiasa. Tapi——

tapi aku tidak bisa membohongi hatiku.

Aku menyukai——orang lain.

Jinjja mianhae, oppa."

Dengan aliran yang enggan surut, Jisu terus mengungkap apa yang selalu ia tahan. Sudahlah, mungkin begini akhirnya. Mempertahankan? Sama halnya penumpukan dusta belaka. Jisu menolak.

"Aku salah.

Aku sungguh minta maaf.

Aku tidak mau menyakiti kakak lagi.

Maafkan aku."

Sedetik terlewat dengan suara isakan saja. Terlihat, Kim Taehyung mengeratkan cengkeraman pada setir mobil. Dengan asa terkumpulnya tenaga guna menggerakan bibir kelunya.

"Gwaenchana."

Lagi-lagi seperti itu.

"Oppa! Jangan berkata begitu!"

Jisu menyahut seraya memandang Taehyung. Sedang si pria yang terkejut juga melempar tatap.

"Sekali saja, jujurlah——

kau terluka."

Satu buliran lagi. Kali ini jatuh di pipi yang lain. Kim Taehyung tertusuk hatinya. Mendungnya mencurahkan tetesan.

"Jujurlah, aku menyakitimu. Dan biarkan aku minta maaf padamu."

"Tidak," ujar Taehyung seraya mengalihkan wajah.

"Kau juga tersakiti, Jisu-ya."

Turbulensi angin malam memaksa jarum berdetak pada menit berikutnya. Sementara suasana masih tergagap adanya.

"Dari awal, kita sama-sama tidak salah. Dunia memang sekejam ini pada manusia. Ini adalah alur hidup kita.

Dan semua ini. . .hanya akan jadi hal yang berlalu. Menjadi masa lalu.

Maka dari itu, lanjutkan hidupmu. . .dengan bahagia.

Lanjutkan hidup seperti yang kau mau.

Paksakan semua yang kau mau, asal kau senang.

Tidak masalah dengan penyesalan.

Karena. . .semuanya akan berlalu."

Tidak bisa——tangis Jisu tak bisa berhenti. Kenapa suasana hatinya begitu sedu? Kenapa ia harus menangis kencang di hadapan pria itu?

Kenapa juga ia merasa tenang——di saat yang bersamaan?

"Jisu-ya," suara baritonnya tak bergetar lagi.

Jisu pun terus mengusap wajah lantas menatap pada Taehyung. Dan pelangi terbalik ia dapati di malam yang gelap.

"Berjanjilah untuk bahagia."

Sudah, pecah kembali tangis Jisu. Ia menunduk, sungguh tak kuasa menatap Taehyung. Namun, berikutnya ia mencoba tegar. Menghentikan tangis, sebab enggan kembali memberatkan hati pria itu.

Satu penarikan untuk senyuman. Manis adanya. Ah, kenapa malah jadi adiksi Taehyung? Tidak——jangan begitu. Akan bahaya jika adiksinya tak tertolong di kemudian hari.




"Aku janji."

━━━━━━━━━━━━━━━━━2Ocm━ ˎˊ˗

ᵉ⁻⁶

2Ocm √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang