4O🌷

497 108 2
                                    

Ppak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ppak!

Hentakan kesekian oleh sepasang kaki yang berbalut sepatu bertali. Di tempatnya——di depan gedung bimbingan belajar, gadis itu memasang muka kesal sembari berulang kali melakukan panggilan dari ponselnya.

Putaran menit berikutnya satu pesan ia terima. Dan air mukanya bertambah keruh.

"Ck! Park Jimin sialan!"

Umpatan kesekian pula ia kumandangkan seorang diri. Sebab prianya mengabari tak bisa menjemput malam ini. Lantas Yena mendengus sebelum memutuskan untuk pulang.

Jarak untuk ke rumahnya memang tidak jauh. Hingga ia pikir tak masalah jika dirinya pulang sendiri. Selain bulevar Yena tahu ia bisa melewati sebuah gang sebagai jalan pintas ke rumahnya.

Naasnya ia tak tahu bahwa sekelompok penyamun seringkali menempati gang itu. Dan kini sang gadis mungkin jadi barang permainan mereka.

"Yaa, lihat siapa teman minum kita hari ini," ucapan itu tiba-tiba terucap usai Yena melewati beberapa lelaki bertato di sana.

"Sepertinya gadis yang terlalu sombong," sahutan lain terdengar.

Yena berusaha tak acuh. Barusaja berniat lari, satu cengkeraman ia dapat di lengannya. Begitu kuat hingga ia tak bisa melepasnya. Semakin berontak, semakin sakit rasanya.

"Ya!!!"

Gertakan itu——suaranya tak begitu kencang. Mirip seperi milik perempuan. Ketika menoleh, Yena dapati Jisu di sana. Gadis lemah itu, Yena tak percaya bisa membantu.

"Wah, ada dua ya," celetuk pria berbadan besar itu.

Belum juga Yena terlepas, malah jadi Jisu yang hendak menarik gadis itu tercekal pria yang satunya.

Brak!!

Jisu dilepas. Bahkan sang pria terlempar satu meter jauhnya sebab sebuah dorongan kencang tiba-tiba mendarat di tubuh gempalnya.

Seseorang lagi ada di sana. Penyelamat? Untuk saat ini akan jadi seperti itu.

Choi Soobin.

Lagi-lagi ia datang tanpa diduga.

Kala dua preman itu tengah saling menolong, inilah saatnya untuk para korban melarikan diri.

"Ya! Ayo lari!" ucap Soobin mengintruksi.

Ketiga remaja berseragam sekolah itu pun pergi. Mengerahkan tenaga untuk lari pada malam hari. Hingga ketika dirasanya sudah jauh, sudah aman, dan sudah terlampau lelah. Pelarian berhenti.

"Taksi!"

Yena yang berdiri di tepi bulevar kini memberhentikan sebuah taksi. Ia masuk, lantas pergi tanpa peduli apapun di sekitarnya. Tanpa peduli siapa yang membantunya.

Sudah biasa.

"Ya, gwaenchana?"

Jisu menoleh pada sumber suara usai menatap Yena yang terkesan keterlaluan di matanya.

"Gwaenchana, kamu?"

Soobin mengangguk sebagai jawaban sebab napasnya yang masih terengah-engah.

"Kenapa kau di tempat bahaya seperti itu?" tanyanya kemudian.

"Aku hanya lewat dan ingin membantu dia,"

Soobin menatap perempuan itu. Ia tahu bahwa Jisu bukan gadis tangguh. Hingga ia tak bisa membayangkan apa yang terjadi jika saja ia tak hadir tadi.

"Lain kali panggil saja polisi, atau...

aku. Aku pasti akan datang,"

Kini giliran si gadis yang menatap taruna di sampingnya. Sedetik kemudian pandangnya beralih bersama embusan angin.

"Terima kasih."

━━━━━━━━━━━━━━━━━2Ocm━ ˎˊ˗

2Ocm √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang