79🌷

350 70 9
                                    

"YA!" teriak Yena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"YA!" teriak Yena.

"Kau penasaran? Kenapa aku melakukan semua ini padamu?" imbuhnya kemudian.

Tawaran bagus terlontar dari si mulut rancap.

"Jisu-ya!" suara lain.

Ah, kenapa di mata angin lain harus ada si penolong diri.

Tidak tepat, Shin Ryujin.

Tapi, tunggu. Bukankah ini kesempatan yang tepat untuk menguak semua perbuatan Yena? Benar, bukan? Dengan pengakuannya sendiri, Jisu tak perlu memohon tentang dalih dari segala perisakan itu.

Choi Jisu kembali menghadap Jeong Yena.

"Annyeong," Ryujin sampai di antara keduanya.

Baiklah, jadikan saja saksi mata, Shin Ryujin itu.

"Aku akan mengatakannya. Kau yakin didepan dia?" ujar Yena.

"Katakan,"  Jisu menyahut seketika.

Seringainya sungguh mengalahkan dedar sang rawi. Seperti menang banyak si Yena itu.

"Senyummu itu, aku membencinya."

Jeda sejemang. Menunggu kelanjutan, pun atau menanti respon dari si lawan.

"Itu saja?" ucap Jisu.

"Ani.

Senyummu itu, sama seperti jalang yang mengganggu keluargaku.

Dan jalang itu——

adalah ibumu.

Selesai."

━━━━━━━━━━━━━━━━━2Ocm━ ˎˊ˗

2Ocm √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang