Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semesta benar-benar telah pekat. Rembulan dengan senang hati menerangi bumi. Sedang cahaya lampu kristal senantiasa memenuhi sebuah bangunan yang maha megah. Di sana sepasang sepatu mengkilap menapak rangkaian taris marmer dengan begitu elegan.
Pada salah satu batas lorong, sebuah pintu terbuka dan menampilkan seorang wanita paruh baya tengah duduk bersantai, sedang seorang pria beruban abu bergeming menerawang ke luar jendela.
"Oh, Taehyung-ah kau sudah sampai," ucap wanita itu.
Pria rupawan berasma Taehyung itu kini masih berada di ambang pintu. "Iya, ada apa ibu memanggilku kemari?"
"Duduklah, ayahmu akan bicara," titah sang ibu.
Lantas Taehyung duduk di seberang ibu, sementara ayahnya juga singgah di kursi kerjanya. Usai menyesap sebagian tehnya, pria itu berbicara. "Bagaimana kabarmu?"
Taehyung sedikit terkejut. Kenapa ayahnya bertanya hal itu padahal mereka terbilang sering bertemu. "Aku baik, ayah."
"Keadaan kantor?"
"Baik."
"Syukurlah."
"Ayah ingin aku melakukan sesuatu?"
Sang ayah pun menatap putra semata wayangnya. Berpikir sejenak, lalu berucap. "Iya. Kau, segeralah menikah."
"N—nde?" dan pemuda itu terkejut dibuatnya.
"Setidaknya bertunanganlah dengan anak rekan ibumu."
"Benar Taehyung-ah. Kau sudah dewasa. Tapi kenapa sekalipun kau tidak memperkenalkan wanita pada kami? Jika kau tidak memiliki kekasih, kuharap kau menyetujui pertunangan ini," imbuh sang ibu.
"Tapi bukankah ini terlalu cepat? Aku bahkan belum mengenalnya,"
"Kau dapat mengenalnya setelah bertunangan. Lagipula kalian tidak langsung menikah, dia masih sekolah,"
"Sekolah? Maksud ibu, SMA?"
Dan sekali lagi Taehyung dibuat tak habis pikir dengan pernyataan kedua orang terhormatnya.
━━━━━━━━━━━━━━━━━2Ocm━ ˎˊ˗
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
