Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
|Sudah selesai?
Putaran hari ini terasa cukup panjang. Bagi gadis Choi tepatnya. Perjumpaan di tempat kerja, pengiriman pesan kedua pada satu malam, semua oleh satu pemuda yang sama.
Choi Soobin adanya.
Sudah|
Drrt~
Panggilan malah diterima. Belum tersambung, sebab Jisu tengah bangkit dari tidur lantas mempersiapkan diri untuk mengangkatnya.
"Wae?" ucapnya perlahan.
"Maaf mengganggumu," sahut Soobin.
"Aniya, gwaenchana."
"Itu, kenapa kau bekerja? Bukankah kau akan kuliah?"
Tepat. Spekulasi Jisu beberapa jam lalu terbukti benar, bukan? Soobin akan mengangkat topik itu.
"Ah, hanya ingin."
"Hanya ingin? Kau ini aneh sekali."
"Aneh? Ini hal yang wajar."
"Begitu?"
"Ya," gertakan kecil Jisu.
Sementara berikutnya ia dapati tawa pelan dari seberang. Dua tarikan sekaligus tergambar pada sudut bibir Jisu. Ia ikut terkekeh jadinya.
Drrt.
Satu getaran penanda pesan masuk. Jisu periksa sekilas, pria Kim adalah tajuknya.
"Hei," panggilan pelan menginterupsi.
"Apa?" dan si gadis abai——memilih kembali pada sambungan.
"Lalu bagaimana belajarnya?"
"Setelah bekerja, di perpustakaan kota."
"Setiap hari?"
"Iya."
"Harimu cukup membosankan ya."
"Terus saja mencela."
"Tidak——bukan begitu——"
Dan pelangi terbalik Jisu kembali hadir seiring gelak lirihnya.
Obrolan malam berlanjut. Tanpa peduli putaran waktu. Tanpa peduli seseorang yang menunggu. Serta tak peduli pada semesta yang menamai hubungan itu adalah korup.