71🌷

351 80 11
                                    

Drrt~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Drrt~

Satu pesan.

Choi Soobin tajuknya.

|Bisa kita bertemu?

Terheran sejemang, Jisu menjeda balasan. Atas dalih apa lelaki itu hendak bertatap dengannya. Ah, ambil asumsi sederhana saja. Hal penting mungkin adanya.

Kapan?|

|Sekarang
|Aku akan ke depan

Kembali dikejutkan. Secepat ini Soobin ingin bertemu. Sedang Jisu saja masih bergeming di ranjangnya.

Baiklah|

Sudah iyakan saja. Mematut diri sejenak, merapikan kaus oversize beserta pantsnya. Kemudian keluar.

Menatap presensi rupawan sang pemuda, Jisu sedikit berdebar hatinya. Sebegitunya, ya? Tentu.

Lantas jangan tanya diorama selanjutnya. Karena hanya hening adanya.

Dua menit, lalu Soobin memulai percakapan.

"Shin Ryujin——aku tidak ada hubungan apapun dengannya," begitu ungkap si taruna.

"Kenapa?"

Soobin bingung. Tak berhasil menangkap makna.

"Kenapa kau mengatakannya lagi padaku?" imbuh Jisu.

"Geunyang——"

"Berhentilah mengatakan itu jika tidak ada alasannya——!"

"Aku menyukaimu."

Bulatan pupilnya membesar seketika. Jisu tersentak oleh kalimat Soobin. Kenapa tiba-tiba? Benar-benar tiba-tiba hingga mampu melayangkan segala pikir jernihnya.

"Mwo?"

"Aku menyukaimu, itu alasannya."

Sekali mendengar perulangan, dan sekali lagi ia seakan dijebloskan dalam satu kasus lagi. Sedang kasus lain belum terselesaikan.

Jisu harus bagaimana?

Bertanya pada langit malam? Dia hanya bersaksi bersama awan.

Kepada para bintang dan lunar? Mereka hanya menatap sembari menyalurkan pendarnya.

Lalu kepada jalanan? Dia bungkam menyerap dinginnya angin malam.

"Aku tidak akan mengganggumu sampai kau meraih mumpimu."

"Mimpi?"

"SNU."

Tunggu! Saat ini bukan itu masalahnya.

Tunggu! Jisu harus berpikir keras dulu.

"Sebentar," Jisu berkata. Memberi tanda dengan kedua telapak tangan, lantas raganya melangkah memasuki rumah.

Penantian sekian menit dihabiskan Soobin dengan lagak ributnya. Berjalan berputar, berulang, hatinya berdegup kencang. Terlanjur sudah segala rasanya terungkap. Lantas bagaimanapun hasilnya, Soobin dilarang menjadi pengecut, bukan? Iya.

Fisik Soobin kembali berdiam kala melihat eksistensi Jisu——meski tidak dengan jiwanya. Masih saja bergemuruh menunggu jawaban.

"Mungkin kau tidak percaya, tapi. . .seseorang telah memilikiku."

Sudah, tunjukkan saja apa adanya. Jisu berpikir sedemikian. Ia tegakkan jemari yang salah satunya telah berlingkar sebuah emas. Lantas tunggu responnya.

"Ara."

"Kau sudah tahu?" Jisu kembali dikejutkan.

"Jadi sekarang akan kupastikan, kau yakin dengannya?"

Apa lagi?! Gebrakan apa lagi?! Jisu tak mengerti.

Entahlah, akhir-akhir ini pikirannya sulit menangkap makna ucapan dengan jernih. Semuanya seakan memburu spekulasi. Memburu jawab yang tak begitu pasti.

Bernapas, biarkan Jisu menarik oksigen sebanyak-banyaknya dulu. Lantas barulah ia berucap.

"Tidak.

Aku akan melepasnya setelah kelulusan," ujarnya.

"Syukurlah."

Sekarang senyum Soobin malah memadai indahnya rembulan di atas angkasa. Kenapa sebegitu menawan di mata Jisu. Sudah berapa lama ia tak menemukan diorama itu.

Rindu rasanya. Menggebu jadinya.

"Berjuanglah untuk ujian masuknya. Aku tidak akan mengganggu, ataupun pergi darimu."

Mendelesi cinta? Katakan, makhluk mana yang bisa melakukan itu?

Jisu hanya akan mengikuti alur semesta.

━━━━━━━━━━━━━━━━━2Ocm━ ˎˊ˗

2Ocm √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang