Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tapak sukunya melangkah konstan. Sepasang yang lain sama adanya.
Kepada permulaan malam, tolong jelaskan ringkasan rasa dalam benak sang wanita.
Singkatnya,
bersama Taehyung, Jisu merasa aman. Sedang dengan Soobin, ia merasa cinta.
Jisu tamak!
Mau mengatakan begitu? Coba saja.
Tapi sebelumnya coba lirik si hati kecil yang meronta untuk segera diperjelas semesta. Ketika Jisu berbisik pelan——bersabarlah sebentar.
Tapak suku menetap.
"Jisu-ya cobalah."
Taehyung menitah. Inginkan Jisu melantunkan simfoni di malam hari. Bersama sekumpulan pemusik di tepian bulevar Seoul.
"Tidak mungkin."
"Kenapa?"
"Suaraku tidak bagus."
Angannya tak dapat dipaksa. Taehyung diam. Senantiasa menatap rampai yang lihai mengoperasikan alat musiknya.
"Kakak, coba nyanyikan satu lagu."
Mengubah derajat hulu, Taehyung tersentak. "Tidak——"
"Untukku."
Malah terpaku. Pria itu malah diam menatap si gadis.
"Ayolah, coba saja," satu dorongan kecil dari telapak Jisu.
Dan Taehyung dibuat berdiri di balik mikrofon.
Cukup ramai. Ritme indah Sunday Morning awal mula didedikasikan untuk gadisnya. Namun semesta mengundang penikmat lain mendekat ke lingkupnya. Hingga tepukan asta memeriahkan malam itu.
Kubu pemusik dibuat mujur. Pengunjung ramai berkerumun. Kepada Taehyung berterima kasihlah.
"Bagaimana?" Jisu melontar tanya kala Taehyung selesai dan mendekat padanya.
"Gugup, tapi cukup menyenangkan," ungkap Taehyung.
"Bagaimana suaraku?"
"Bagus, sangat bagus," kata Jisu, bukan dusta.
"Sudah lama aku tidak menyanyi."
"Syukurlah suaramu tidak membeku."
Kekehan sang pria menyapa indera Jisu. Merdu? Tidak, tapi manis rupanya.
"Kau suka lagunya?"
"Hm."
Lantas obrolan bertalu hingga tapak suku beralih pada karpet dalam mobil hitam Kim Taehyung.
