13🌷

829 165 1
                                    

Pada bilik berdominasi nuansa lavender, berteman pencahayaan yang cukup terang, juga jarum jam yang seakan mengiringi pola langkah berulang, Jeong Yena tak henti-hentinya mengkhawatirkan setiap ucapan ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada bilik berdominasi nuansa lavender, berteman pencahayaan yang cukup terang, juga jarum jam yang seakan mengiringi pola langkah berulang, Jeong Yena tak henti-hentinya mengkhawatirkan setiap ucapan ayahnya.

Malam ini masih dengan gaun navy selututnya, ia memikirkan segala cara untuk menolak pertunangan yang dijatuhkan padanya. Lantas di tengah kegelisahannya, papan pintu itu terbuka. Seorang wanita paruh baya masuk dan langsung berhadapan dengan putrinya.

"Ibu bagaimana ini? Aku tidak ma——ayah?" ucapan Yena terputus kala mengetahui ayahnya juga memasuki ruangan.

"Ayah aku tidak mau bertunangan," Yena berusaha berbicara baik-baik.

"Tidak ada penolakan," jawab sang ayah.

"Tapi——"

"Kau tahu, sampai saat ini hidupmu hanya bermain-main, setidaknya harus ada seseorang yang mampu menjagamu mulai sekarang dan sampai kelak," jelas pria itu.

Yena kembali hendak mengelak, namun ayahnya lebih dulu berkata.

"Jika kamu tidak mau bertunangan dengan putra nyonya Kim, keluarlah dari rumah ini."

Arkian, Yena hanya bisa menatap punggung ayahnya yang melangkah pergi. Sedang sang ibu mengusap pelan puncak hulunya. Akan tetapi Yena benci hal itu, karena ia tahu apa yang akan wanita itu utarakan.

"Putriku turuti saja ayahmu. Orang pilihannya tentu yang terbaik, terutama untukmu. Dia menyanyangimu, Yena."

Usai berucap sang ibu keluar.

Sementara Yena menjatuhkan dirinya di tepi ranjang, dan tentu saja berbagai sumpah serapah keluar dari mulutnya.

━━━━━━━━━━━━━━━━━2Ocm━ ˎˊ˗

2Ocm √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang