Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dentang jam entah mengapa kali ini begitu terdengar. Begitu mengganggu, hingga membuat Choi Jisu menatapnya. Ia sedikit menautkan alisnya. Manik mata itu terlihat tak begitu tenang. Ketika harus mengoper soal, tremor ia rasa pada tangannya.
Kenapa?
Pertanyaan yang tak jauh beda dengan apa yang dipikirkan Jisu sendiri.
Jantungnya terasa berdetak lebih cepat. Lantas Jisu sadari ia tidak dalam keadaan mental yang baik.
Trauma atau ketakutan belaka, yang jelas Jisu tak ingin menyandang dua kata itu.
Sebab hal tersebut sungguh mengganggu pikiran Jisu, terlebih ketika masa ujian seperti ini.
Fokusnya membaca soal bahkan telah menguap. Kedua sisi lembar kertas itu kini telah diremas oleh tangan Jisu, guna mengembalikan ketenangannya juga konsentrasi menjawab tiap pertanyaan.
Berulang kali ia yakinkan hati bahwa tak akan ada lagi kejadian seperti beberapa saat lalu. Satu peristiwa yang bisa saja disebut hal biasa namun bagi Jisu begitu menakutkan.
Terjebak di toilet. Ah, memikirkannya saja bisa mengundang pusing di kepala Jisu. Konsentrasinya benar-benar menjadi buruk.
Menit berikutnya, mau tak mau gadis itu harus memaksakan otaknya berputar pada lingkup soal saja. Meski rasanya memang sulit. Namun, perlahan ia terus mencoba melupakan.
