72🌷

327 74 0
                                    

"Memalukan! Bagaimana bisa nilamu turun seperti ini?! Apa selama in in sekolah adalah tempatmu bermain?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Memalukan! Bagaimana bisa nilamu turun seperti ini?! Apa selama in in sekolah adalah tempatmu bermain?!"

Satu uraian tantrum dari sang ayah. Menusuk relung si putri hingga membuatnya bungkam. Menunduk dalam diam sebab meminta tolong pada sang ibu pun wanita itu tak kuasa menengahi jika dalam urusan nilai sekolah.

"Maaf ayah, ini salahku," ujar Yena dengan hati-hati.

"Tentu ini salahmu! Dan berjanjilah untuk memperbaikinya."

"Nde."

"Pastikan kau masuk SNU, atau keluarlah dari rumah ini."

Brak!

Dentuman berintonasi sedang mengalun dari pnutupan pintu oleh sang ayah. Selanjutnya adalah usapan lembut telapak tangan si ibu yang mendarat di puncak hulu Yena.

Sedikit menenangkan, sedikit rasanya.

|Bisa bertemu?

Selesai dengan urusan orang tua, sebuah pesan Yena dapat di ponselnya. Park Jimin menjadi tajuk di layar itu.

Aku harus belajar|

|Sebentar saja

"Ck!" decaknya sebagai tanda kesal.

Di taman dekat rumahku|

Ah, keputusan yang ia pastikan memang salah. Bertemu Jimin hanya akan meledakkan emosi Yena. Pria itu memang pandai memancing ributnya.

Tapi akan lebih buruk jika bertemu di rumah——jika Jimin bertemu sang ayah.

━━━━━━━━━━━━━━━━━2Ocm━ ˎˊ˗

2Ocm √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang