34🌷

550 123 0
                                    

Andai Choi Jisu adalah gadis malas——oh bukan——andai Jisu adalah gadis yang terlampau pandai dengan penguasaan pelajaran sekolah yang sempurna hingga selalu mendapat hasil yang memuaskan, mungkin saja ia akan merelakan beberapa hari untuk mengambil...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andai Choi Jisu adalah gadis malas——oh bukan——andai Jisu adalah gadis yang terlampau pandai dengan penguasaan pelajaran sekolah yang sempurna hingga selalu mendapat hasil yang memuaskan, mungkin saja ia akan merelakan beberapa hari untuk mengambil izin tidak masuk sekolah.

Sayangnya fakta tidak berkata demikian.

Hari ini, kepala Jisu terasa lebih berat. Pandangannya sedikit mengabur hingga membuat langkahnya gontai ketika menuruni ranjang.

Ah, ada apa denganku?

Bisik hatinya sembari menahan kepala dan merapatkan mata sejenak.

Aku harus minum obat dan pergi sekolah.

Katakanlah Jisu keras kepala dalam hal sekolah——ralat——dalam hal nilai pelajaran. Hingga membuatnya mempertaruhkan segalanya guna meraih yang terbaik.

Seperti kini, ia berusaha melupakan rasa pusingnya dan sekuat tenaga melakukan aktivitas mempersiapkan diri ke sekolah.

Ia sudah menyuapkan makanan sebelum menelan sebutir obat pereda sakit, lantas memakai sepatu dan keluar rumah. Sebab Taehyung telah menunggu.

Sesuai janji, mengantar Jisu ke sekolah.

Belum sempat Jisu memasuki mobil pria itu. Pandangan Jisu menjadi gelap seutuhnya. Eksistensi aroma pagi tak ia rasakan lagi.

Sedang Taehyung sungguh khawatir dibuatnya. Meski secepat kilat ia membawa sang gadis ke rumah sakit. Tetap saja ia tak tenang ketika dokter masih memeriksa.

"Dokter, apa yang terjadi padanya?" tanya Taehyung ketika pria berjas putih itu selesai.

"Tidak perlu khawatir dia hanya kelelahan," ungkapnya.

Ada sedikit kelegaan pada raut Tehyung usai mendengar tuturan dokter. Namun Jisu belum juga membuka mata. Menit berikutnya, di tengah atensinya pada sang gadis, getar ponselnya menginterupsi.

Panggilan kesekian dari sekretarisnya. Mengingatkan Taehyung akan janji pertemuan dengan klien yang sangat penting hari ini. Dan ia pun dihadapkan dengan dua pilihan.

Jisu atau perusahaan.

"Taehyung-ssi, mr. Lee sudah sampai di kantor. Bisakah anda cepat kemari?"

Taehyung menerima panggilan itu sembari berjalan ke arah tempat para suster berada.

"Iya aku akan datang, sudah dulu," ia pun menutup sambungan.

"Permisi, bisakah kalian menjaga pasien itu? Dia belum sadar dan aku harus pergi," ucap Taehyung sembari menunjuk Jisu yang terbaring di antara pasien yang lain.

Belum sempat mendapat jawaban. Tiba-tiba sesorang berlari kencang ke tempat Jisu.

Seorang pemuda. Membuat Taehyung ingin tahu alasannya. Lantas didekatinya taruna berseragam sekolah itu.

"Kamu siapa?" tanya Taehyung begitu di hadapan si pemuda.

Choi Soobin. Air muka lelaki itu terlihat khawatir. Bahkan sepertinya ia terburu-buru datang ke rumah sakit itu. Hingga tak peduli dengan peluh yang membanjiri tubuhnya.

Sembari mengatur deru napas, Soobin hanya menatap Taehyung. Seakan ia tengah mempersiapkan jawaban.

"Teman, aku temannya," ucapnya kemudian.

"Benarkah? Ah kebetulan sekali. Bisa kau jaga dia? Aku harus pergi dulu. Hubungi aku jika terjadi seauatu," tak segan Taehyung memberi kartu namanya pada Soobin. Sedang ia benar-benar pergi setelah itu.

Tak lama usai kepergian Kim Taehyung, Jisu membuka mata. Sapuan pandangnya mengeliling. Lantas setelah dikejutkan dengan keberadaannya ia juga membulatkan mata karena Soobin yang ada di sampingnya.

Sepenuhnya ia memang sadar atas dalih apa ia di tempat itu. Hanya saja masih bertanya kemana perginya pria yang sempat ia lihat di dalam mobil hitam pagi tadi.

"Gwaenchana?" tanya Soobin kemudian. Ia pun hendak membantu Jisu yang berusaha bangkit.

"Gwaenchana," jawab Jisu.

Gadis itu pun kemudian menurunkan kaki dari ranjang, lantas meraih sepatunya.

"Ya, kau mau kamana? Diamlah di tempat tidur,"

"Aku akan pulang,"

"Mwo?" Soobin pun tak habis pikir dengan tingkah Jisu. Jelas gadis itu tengah sakit. Tapi kenapa malah jadi semakin berkepala batu. "Kau harus istirahat."

Seakan tak mendengarnya, Jisu malah mengambil tasnya di nakas. "Jika tidak ke sekolah, setidaknya aku harus belajar di rumah."

Soobin diam. Choi Jisu yang dikenalnya masih sama seperti dulu.

Keras kepala.

Maniak belajar.

Membosankan.

"Jadi masih ingin masuk SNU?"

━━━━━━━━━━━━━━━━━2Ocm━ ˎˊ˗

2Ocm √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang