33🌷

567 121 1
                                    

Benda pipih bertajuk ponsel dengan ulasan warna rose gold itu berulang kali berdering

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Benda pipih bertajuk ponsel dengan ulasan warna rose gold itu berulang kali berdering. Sesekali bergetar sebab pesan yang masuk dengan satu nama yang sama——juga terus melakukan panggilan.

Pada menit ke sekian si empunya baru memasuki bilik kamar. Mendekat pada ponsel dan mendapati begitu banyak jejak di sana.

Nama Kim Taehyung tertera dari setiap pesan dan panggilan tak terjawab. Jisu mengerutkan dahi, kenapa pria itu terus mencoba menghubungi.

Kala hendak menekan lingkar telepon, tiba-tiba terjadi panggilan masuk lagi.

Jisu menjawabnya.

"Ha—"

"Jisu-ssi kau tak apa? Sekarang kau di mana?"

Deretan pertanyaan itu membuat Jisu tak bisa menyelesaikan satu kata pertamanya. Jisu menarik kursi di depan meja belajar. Lantas terduduk sembari mengamati jam yang jarumnya telah menginjak tengah malam.

"Di rumah," jawabnya pada pria di seberang telepon.

"Syukurlah," satu kelegaan terdengar di sana. "Maaf hari ini aku tidak bisa menjemputmu," imbuh Taehyung.

"Tidak apa-apa,"

"Kau marah?"

Jisu terkekeh sekejap. "Tidak, untuk apa aku marah?"

"Kupikir kau mengabaikanku karena marah. Syukurlah jika tidak,"

"Ah itu—" Jisu hampir saja mengatakan apa yang terjadi padanya.

Namun, jika ia pikir ulang, mungkin tidak perlu diungkapkan.

"Maaf, banyak hal yang terjadi."

"Begitu? Jika kau mau, kau bisa cerita padaku,"

"Maaf kak, sepertinya aku harus menyelesaikan belajarku sebelum tidur,"

Ah, Jisu sedikit merasa tak enak hati harus membohongi pria sebaik Kim Taehyung.

"Ah benar, kalau begitu akan kututup. Belajarlah dengan baik dan istirahat secepatnya. Ah iya, sebagai gantinya, besok pagi akan kuantar ke sekolah."

"Iya terima kasih. Selamat malam,"

Dan percakapan pun berakhir. Berikutnya Jisu menatap bukunya di atas meja. Rasanya sungguh lelah untuk sekadar membaca materinya. Lagipula ini sudah terlanjur larut malam. Ia akui perkataannya tadi berakhir sebagai bualan semata.

Arkian, Jisu menjatuhkan diri di ranjang. Menatap awang-awang sembari memutar pikiran. Menelisik pada langit malam yang bersua dengan para bintang.

Bukankah aku terlalu tamak? Mendapat perhatian dari dua pria sekaligus.

Baru saja hatinya berbisik——tentang teman masa kecilnya yang masih saja memperhatikannya, juga satu lelaki baik hati yang tiba-tiba masuk dalam kehidupannya——lantas suara gebrakan di pintu utama menginterupsi.

Segera saja Jisu pergi untuk memeriksa siapa yang bertamu dengan kasar.

Begitu portal dibuka, seorang pria dewasa hampir jatuh menimpa Jisu, jika ia tak segera menahan lengannya. Seketika aroma alkohol menyeruak. Begitu tajam hingga membuat Jisu hampir tak tahan.

Namun ia tetap berhasil membawa sang ayah singgah di sofa.

"Ahaha Choi Jisu, kau anakku, bukan?

Benar?

Hehehe, KAU!!

Kau...berbuat baiklah pada calon suamimu!

Dia, dia itu memberimu uang untuk sekolah, bukan?"

Racauan sang ayah seringkali membuat Jisu bingung. Dan sekarang semakin membuatnya terkejut.

Semua ini, sebenarnya apa yang terjadi padanya,

tentang perjodohan,

tentang utang sang ayah,

tentang ia yang begitu memikirkan masa depan,

ah rasanya tidak ada artinya.

Serasa tidak ada gunanya. Kenapa hidupnya serumit ini? Kenapa ia tak bisa merubah sedikit saja titik hitam di dunia kecilnya? Kenapa seakan ia tak dapat merasakan bahagia lagi?

━━━━━━━━━━━━━━━━━2Ocm━ ˎˊ˗

2Ocm √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang