16🌷

747 156 1
                                    

Kadangkala semesta perlu diingatkan, jika seorang murid juga manusia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kadangkala semesta perlu diingatkan, jika seorang murid juga manusia. Dengan artian mereka harus bernapas di antara padatnya jadwal untuk menimba ilmu. Dan jam mandiri mungkin jadi alternatifnya.

Namun, semua itu seakan tidak berlaku pada Choi Jisu. Lihat saja, di antara beberapa orang yang asik dengan dunia remajanya, ia tetap diam di tempat seraya menghadap buku dan penanya. Selama ada waktu ia pikir harus tetap belajar. Ia benar-benar ingin kuliah nantinya.

"Ya, kudengar ayahmu menjualmu. Apa uangnya akan dia buat berjudi lagi?" sarkas Yena.

Lantas Jisu ingat satu asa yang mungkin sulit terkabul——ketenangannya untuk belajar di sekolah.

"Sungguh?" Shinyoung hampir berteriak karena terkejut.

"Aku juga mendengarnya begitu," imbuh Yeso.

"Lalu pria tua mana yang akan menikahi gadis bodoh ini?" Yena memutar ujung surai Jisu sembari terkekeh mengejek. Tak berhenti di sana, karena Jisu belum juga bergerak membuat Yena tidak puas.

"Kenapa kau masih saja belajar? Setelah lulus dan sampai mati kau hanya akan melayani suami tuamu, bodoh," gadis berlidah tajam itu meraih buku Jisu lantas siapa sangka ia merobek benda itu di depan wajah Jisu.

Hati jisu hampir naik pitam. Ia hendak berucap namun sesuatu lebih dulu bertindak. Seseorang di sana, mencengkeram tangan Yena——dia, pak Park. Lantas pria itu membawa Yena pergi, meninggalkan suara riuh yang berputar di kelas.


Dua pasang kaki itu berhenti di taman belakang sekolah, tepatnya Yena yang memaksa berhenti.

"Ck, lepas!" ucap Yena seraya mengibaskan tangannya.

"Sudah kubilang jangan dekat-dekat denganku!" imbuh gadis itu.

"Bisakah kau tidak membuatku dekat-dekat denganmu? Berhentilah bebuat seperti itu," sahut Park Jimin, telah disebutkan bahwa ia seorang pengajar bahasa inggris.

"Urusi saja urusanmu," usai berkata Yena pun berbalik hendak pergi namun lagi-lagi tangannya diraih.

"Kau adalah bagian dari urusanku,"

Mendengarnya membuat Yena mendengus kesal. Ia berbalik, menatap sang pria lekat-lekat, lantas berucap.

"Kalau begitu hentikan aku dengan peranmu sebagai guru, bukan yang lain." Dan Yena pergi meninggalkan tempat.

━━━━━━━━━━━━━━━━━2Ocm━ ˎˊ˗

2Ocm √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang