43🌷

460 95 1
                                    

Jajaran jemari ramping itu tengah menjalankan pena guna menorehkan tintanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jajaran jemari ramping itu tengah menjalankan pena guna menorehkan tintanya. Telah terlewat beberapa kali dan kini mendadak berhenti. Si empunya kemudian mengalihkan pandang dari kumpulan kertas setebal satu senti yang hampir dipenuhi berbagai rumus matematika.

Manik matanya menerawang——melewati bingkai tanpa kaca yang mengekspos langit malam.

Dia siapa?

Dua kata di hatinya mewakilkan segala asumsi yang berputar di kepala Jisu. Deretan praduga tentang apa yang beberapa saat lalu ia lihat sungguh memenuhi pikirannya hingga tak tersisa untuk satu materi pun.

Jangan kira Jisu menyerah. Ia menggelengkan kepala guna mengusir segala hal yang mengganggu otaknya. Lantas berusaha kembali fokus pada belajar.

Ya——sebelum getaran pada ponsel, juga ketukan pintu yang menginterupsi.

Sebelum keluar, gadis itu sempatkan untuk melihat selayang pandang siapa yang mengirim pesan. Sekilas saja, dan ia abaikan dulu, meski itu dari Kim Taehyung.

Jisu pun menuju pintu depan. Begitu terbuka,

"Kau lama sekali!! Sialan!!"

lagi-lagi ia hampir menjadi matras dari ayahnya sendiri. Seakan telah hafal, tangannya segera meraih lengan sang ayah dan dibawanya ke sofa. Ya, dia memang sedikit kualahan melakukan itu. Tapi mau bagaimana lagi.

"Oh muak sekali! Aku muak dengan si tua itu!!"

"Dia mengambil uangku!!"

"Uangku habis! Brengsek!"

"Argh!!!"

Tidak perlu ditekankan tentang racauan ayah Jisu. Putrinya begitu paham tentang apa yang sedang terjadi.

Kalah berjudi.

Sudah pasti begitu. Jisu yakin. Dan ia enggan berlarut akan hal itu.

Satu gelas air putih ia letakkan di depan sang ayah, lantas ia pergi memasuki kamarnya.

Menjatuhkan diri di ranjang. Berputar sembilan puluh derajat guna meringkukan tubuh. Lalu Jisu meremas spreinya.

"Aku lelah."

━━━━━━━━━━━━━━━━━2Ocm━ ˎˊ˗

2Ocm √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang