Seorang anggota gangster dengan sifat dingin dan cuek yang harus merelakan perasaan sukanya pada seorang gadis yang sudah berstatus pacaran dengan sahabatnya. Ia berusaha menghilangkan perasaan itu, dan lambat laun akhirnya ia bisa move on dari gadi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa lo selalu ada di sekitar gue?! Dan nyusahin gue?" tanya Alvaro mengalihkan topik.
Kellia mendongakkan kepalanya sedikit sebelum kembali menunduk. "Ru-rumah aku di sini. Aku nggak ada niat untuk nyusahin kalian, terutama kakak," balasnya pelan.
Tangan Kellia saling meremas. "A-aku permisi kak," pamitnya dan ingin meninggalkan Alvaro. Namun langkah nya terhenti saat tangannya di tahan.
Mata Kellia mengerjap. "A-ada apa kak?"
Alvaro diam, setelahnya melepaskan tangan yang menggenggam tangan Kellia.
Kellia tersentak dan terdiam, ia menatap Alvaro dengan takut-takut. Cowok di depannya ini sangat susah di prediksi.
"Jalan."
Mata Kellia mengerjap. "Jalan?"
Alvaro berdecak. "Lemot banget sih! Gue anterin lo pulang," balasnya.
"A-aku bisa pulang—"
"Cepat! Gue nggak suka penolakan," ketus Alvaro.
"Aku—"
"Lama banget sih lo!" Kesal Alvaro langsung menarik tangan Kellia agar mengikuti nya.
Sifat dan sikap Alvaro sangat susah di prediksi dan Kellia sangat takut.
Langkah Kellia terburu-buru, hampir saja ia tersandung jika tidak segera menyeimbangkan tubuhnya. "Kak pelan-pelan," ucap Kellia. Namun Alvaro tidak mendengar kan ucapan Kellia.
"Dimana rumah lo?" tanyanya.
"Dekat rumah tua tadi," jawabnya pelan.
Alvaro semakin menarik lengan Kellia agar segera tiba di rumah gadis itu. "Yang mana?"
"I-itu tembok putih, pagar hitam," jawab Kellia.
Langkah Alvaro dan Kellia terhenti saat sudah tiba. "Tugas gue udah selesai. Jangan sampai lo nyusahin gue lagi," ucapnya dingin.
Kellia menunduk dan memainkan jari tangannya. "Aku nggak ada niat untuk nyusahin kakak," balasnya.
"Terserah!" ujarnya dan langsung pergi meninggalkan Kellia.
Kellia menatap sendu punggung Alvaro. "Kellia!"
Teriakan seseorang membuat Kellia tersentak dan menoleh cepat ke sumber suara. "Mana barang yang gue minta? Lama banget sih lo!" Bentak nya.
Kellia langsung membuka pagar besi dan masuk, mendekati kakak tirinya dengan berlari kecil. "Ini, aku udah—"
"Lelet lo!" Ketusnya dan merampas plastik putih di tangan Kellia.
Kellia hanya menghela nafas, ia sudah biasa di perlakukan seperti itu. "PR gue udah lo kerjain?" tanya Sherly ketus.
"Belum kak," jawab Kellia membuat Sherly berdecak.