14 | Al

7K 593 20
                                    

Kellia meringis saat terbangun dari tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kellia meringis saat terbangun dari tidurnya. Ia mengubah posisinya menjadi terduduk dengan ringisan kecil yang keluar akibat punggung belakang nya yang masih sakit.

Kellia tersenyum miris saat mengingat kemarin. Dimana ibu tirinya menyiksa dengan kejam. Tubuh nya sangat sakit, terlebih pipi nya yang masih terasa nyeri.

Kellia menatap jendela kamar tidurnya yang sedikit terbuka tirainya sehingga sinar matahari masuk ke kamarnya. "Kellia kangen bunda," gumamnya lirih.

"Kellia lelah, bun. Sampai kapan penderitaan aku berhenti," lanjut nya menunduk dan tidak terasa air mata nya jatuh begitu saja.

Isakan kecil terdengar. "Kellia...kangen bunda."

Tiba-tiba ketukan terdengar membuat Kellia segera menghapus air mata nya dan menarik nafas setelahnya menghembuskan perlahan.

"Kellia?" panggilan lembut membuat Kellia tersenyum dan segera turun dari kasurnya. Ia membuka pintu dan tersenyum lebar.

"Ayah," pelukan hangat di berikan Alexander pada Kellia. Putri kesayangannya.

Alexander melepaskan pelukan Kellia dan menatap wajah putri nya dengan terkejut. "Pipi kamu ke–" Ucapan Alexander terhenti saat mendengar Kellia meringis.

"Kellia? Ada apa? Kenapa pipi kamu merah dan ini, kenapa sudut bibir kamu di plester." Pertanyaan bertubi-tubi dari Alexander membuat Kellia gugup.

"A-aku nggak apa-apa ayah," balas Kellia.

"Nggak apa-apa gimana?! Ayah tau, pasti ada yang nggak beres? Cerita sama ayah?"

Mata Kellia langsung tertuju pada belakang Alexander, dimana Sania sedang berdiri di sana. Wanita itu memberikan tatapan tajam pada Kellia.

"Aku...jatuh dari tangga," jawab Kellia bohong yang membuat Sania menyeringai. Kini mata Kellia kembali menatap sang ayah.

Alexander menatap manik mata Kellia. "Kamu nggak bohong, kan?" tanyanya memastikan.

Kellia mengangguk. "Maaf yah, Kellia bohong," ucapnya dalam hati.

"Kellia nggak bohong, yah," balas nya.

Alexander mengelus kedua pipi Kellia dengan lembut. "Udah di obatin?"

Kellia mengangguk. "Udah, sama bibi."

"Ayah mau berangkat lagi. Mungkin sekitar dua minggu ayah akan pulang. Kamu nggak apa-apa, kan ayah tinggal lagi?" Mendengar ucapan Alexander, membuat Kellia langsung terdiam. Berarti selama dua minggu ini, ia akan mendapat siksaan kembali. "Kellia?" tanya Alexander lagi.

"Hah? I-iya yah...nggak apa-apa," balas Kellia tidak selaras dengan hatinya. Sungguh, ia tidak ingin di tinggal. Tapi Kellia tidak mau ayahnya khawatir dan merasa sedih.

Alexander mengangguk. "Ya udah, kamu istirahat ya. Ayah berangkat, jaga diri kamu," pamitnya mencium kening Kellia sebentar sebelum pergi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝟶𝟹. ᴀʟᴠᴀʀᴏ : ᴛʜᴇ ᴋɪʟʟᴇʀ ᴏғ ɢᴀɴɢsᴛᴇʀ [ᴇɴᴅ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang