38

2.6K 441 33
                                    

"Satu orang dapat satu ya." ujar Daichi.

Satu persatu anggota mengucapkan terima kasih sembari menerima roti daging yang dibelikan oleh sang kapten, Hikari yang menerima paling pertama pun kini sumringah.

"Makasih, Daichi-san." ucapnya.

"Sama-sama."

Pandangan Hikari kini menatap ke arah Tsukishima yang berjalan ketika ia baru saja menyempal mulutnya, ia tetap menatap sampai si blonde menerima roti juga yang di oper oleh Tanaka.

"Apa Yamaguchi tidak bersamamu?" tanya Tanaka padanya setelah memberi roti.

"Dia bilang ada sesuatu yang harus dia lakukan. Dia pergi begitu saja." terangnya.

Tsukishima menjawab sejenak, lalu membersihkan sedikit pipi Hikari dengan ibu jarinya ketika ada isi roti yang kembali menempel pada pipinya sebelum ia mengambil roti bagiannya.

"Kau biarpun makan pelan selalu saja cemong, ya." ujar Tsukishima.

"Maaf." cicit Hikari setelah menelan roti yang baru saja dikunyahnya, membuat si blonde mendengus lalu tersenyum sangat tipis.

"Tak masalah. Lagian tak ada yang salah." balasnya lagi.

Hikari kemudian teringat ketika mereka latih tanding dengan Tim Asosiasi waktu itu sebelum latih tanding dengan Nekoma, ia melihat Yamaguchi tertarik dengan teknik servis mengambang ketika ia berniat mempelajari teknik itu namun Hikari mengurungkan niatnya.

Dia memberi kesempatan kepada Yamaguchi untuk memiliki tekniknya sendiri. Jadi perginya Yamaguchi saat ini secara tiba-tiba pun bisa ia ketahui, jika sosok rambut hijau gelap itu menemui sosok pemilik servis mengambang tersebut.

Setelah semua urusan dengan tim selesai, ponsel Hikari berbunyi dan ia mengangkatnya, membuat semua terkejut menatap ekspresi wajahnya yang tengah menahan diri agar betah mendengar teriakan sang kakak ketika ia baru saja mengangkat telepon dan gadis itu menjauhkan sedikit hp dari telinganya akibat teriakan kakaknya yang menggelegar itu.

"Deek! Kamu dimana?! Berkas kakak aman kan ama kamu?! Kamu sempet nyicil kerjain gak? Ato jangan-jangan ka—"

"BERISIK!" pekik Hikari sembari mengarahkan speaker telepon ke arah mulutnya, membuat semua terlonjak kaget.

"Berkas Kakak aman ama aku! Udah aku kerjain semua tadi sebelum latihan jadi tinggal kasih ke Kakak pas aku sampe rumah! Gak usah protes, ini masih sama anak-anak klub udah mau pulang! Kalo masih panikan aku buang juga ini ke sungai berkasnya!" ancam Hikari bete.

"Kamu tega ama Kakak?!"

"Iya aku tega ama Kakak! Puas?! Udah! Aku pulang sekarang! Berhenti panik ato beneran ini!"

"Iya, iya! Makasih adekku sayang! Kakak traktir kamu hoodie deh! Bener!"

"Cih, bisanya cuma nyogok! Kalo gitu Adek mau Kakak beliin sweater hoodie ukuran oversize, empat ya! Nanti aku tunjukkin gambarnya ke Kakak pas dirumah, deal?" tawarnya.

"Deal!"

Hikari mematikan telepon lalu meloncat riang.

"Yes!" pekiknya, ia kemudian pamit pada yang lain dan langsung ngibrit seorang diri tanpa ditemani dengan langkah riangnya menuju ke rumah.

Semua terbahak melihat wajah girangnya sebagai adik perempuan yang dimanja dan dilatih oleh kakak lelakinya, biarpun sering dimanja, Hikari justru tumbuh lebih dewasa daripada umurnya sendiri saat ini dan gadis itu juga hanya manja dengan kakaknya sendiri.

Karasuno's Girl on Boy Team of Volleyball [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang