56

1.9K 323 24
                                    

"Tu— tunggu dulu!" sergahnya, dia kemudian menarik sedikit lengan jaket sang pelatih sehingga beliau mendekatkan sedikit wajahnya disamping wajah Hikari sembari memutar tubuh mereka masing-masing lalu membelakangi yang lain.

Membuat mereka menatap keduanya heran karena memang otak mereka itu saling sahut kalau sudah beginian, ternyata walau pikiran sedang tak tenang bahkan kusut sekalipun, bisa-bisanya Hikari tetap tau apa yang tengah dipikirkan oleh sosok pelatih yang sangat menyebalkan bagi anggota tim yang lain sewaktu-waktu.

"Ukai-san, kau mau masukkan Yamaguchi kelapangan begitu permainan berlanjut setelah ini?! Demi apa?! Aku yakin tekniknya masih belum bersih! Jangan buru-buru!" bisiknya sedikit tak tenang.

"Tapi kita harus segera mengubah momentum permainannya, ojou-chan! Kalau tidak kita akan kalah! Kita sudah ketinggalan tiga angka!" bantah beliau.

"Aku tau itu, sangaaat tau pake banget! Tapi Yamaguchi belum pernah turun kelapangan baik dalam latih tanding bahkan sampai turnamen ini sejak pertandingan pertama kemarin, aku yakin dia pasti merasakan tekanan dilapangan dan dibangku cadangan itu berbeda sangat jauh, tekanan aura dilapangan itu sangat berat, Ukai-san pasti tau maksudku!" sahut Hikari, tetap tak mau kalah berdebat.

Beliau berdecak lalu menjitak kepalanya lumayan kencang, membuat gadis itu langsung meringis kesakitan sembari memegang puncak kepalanya yang habis dijitak menggunakan kedua tangan kecilnya.

"Apa-apaan?!" pekiknya kemudian, tak tahan lagi.

"Serahkan saja padaku nanti. Kau masuk ke lapangan sekarang dengan yang lain, biar kau bisa bantu tenangi dia nanti kalau dia nulai gugup parah, tolong ya. Ku serahkan Yamaguchi padamu." ucap beliau pelan sebelum berdiri dengan tegap ditengah ringisan kesakitan Hikari yang baru mau usai.

Semuanya menatap heran kearah kedua sosok yang berdiskusi diam-diam itu tanpa bisa didengar oleh mereka kecuali teriakan Hikari barusan, bahkan Suga dan Yamaguchi terlihat sedikit khawatir ketika melihat wajah bete perpaduan congor bebek Hikari ketika ikutan sang pelatih kembali memutar arah tubuhnya kearah selurug anggota yang ada didepannya.

Nishinoya kemudian mengelus kepalanya yang habis dijitak oleh sang pelatih karena lelaki itu berdiri tak jauh darinya tadi, Hikari kemudian mencibir ke arah Pelatih Ukai dan membuat yang dicibir langsung mengangkat kepalan tangannya dengan gemas karena kelakuan gadis itu selalu saja pengen ngajak gelud kalau sedang kumat.

Waktu time out pun usai dan mereka kembali ke lapangan, dimana Hikari kini menggantikan posisi Tanaka untuk sementara waktu sebelum ia kembali ke bangku cadangan dan mereka justru mendapatkan skor, karena pukulan Hinata yang di blokir barusan ternyata tangan bloker menyentuh net.

Hikari menarik nafas lega setelah ia berdiri karena tak berhasil menghalau bola yang diblokir barusan, ternyata skor tercetak padahal dia sudah susah payah ngacir ke dekat Hinata.

"Shoyo, cobalah untuk tidak terlalu fokus buat menyerang begitu saja, kau ini. Kalau aku ngomong coba didengar juga dong." cibirnya bete sembari berkacak pinggang, membuat Hinata meringis.

"Maafkan aku, Hikari." cicitnya.

Daichi dan Asahi hanya bisa tersenyum melihat kelakuan Hikari yang masih bisa tenang walau mereka sedang terdesak sekalipun, gadis itu tetap saja berceloteh untuk menenangi yang lain biarpun dia sendiri sulit mengontrol diri sendiri ditengah pertandingan saat ini.

Perlahan, Suga dan juga Daichi memang sudah hafal dan terbiasa dengan sifat serta sikap tenang maupun heboh nya sosok Hikari sekarang, dan Nishinoya kebetulan memberitahu keduanya tepat setelah pulang latihan beberapa hari sebelum turnamen Inter-High dimulai dan membicarakan bagaimana sosok asli Hikari begitu gadis itu pulang terlebih dahulu setelah mereka bubar kegiatan klub karena dia harus memberikan berkas sang kakak, dikarenakan beliau mengejar deadline kerjaannya.

Karasuno's Girl on Boy Team of Volleyball [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang