42

3.5K 359 1
                                    

Noah memandang gadis muda yang kini sedang tertidur diatas sofa tidak jauh dari ranjangnya. Ia menyelimuti Tania dengan selimut lebih tebal agar gadis itu tidak kedinginan.

Ia ingat dulu saat ia masih belajar di luar negri. Ia dan Nathan mempunyai teman yang sudah menikah bernama Jeck dan Merry. Temannya itu mempunyai putri yang cantik. Ia menghabiskan banyak waktu pada putri temannya itu. Tania kecil dulu mengingatkannya pada Meysa, adiknya. Jadi, ia sangat menyayangi Tania seperti ia menyayangi Meysa.

Saat gadis kecil itu berumur empat tahun, gadis itu tiba-tiba jatuh sakit. Beberapa bulan gadis kecil itu dirawat di rumah sakit. Jeck dan Merry sangat sedih waktu itu. Saat Noah menjenguk gadis kecil itu, ia juga merasa sangat kasihan pada Tania kecil. Gadis kecil yang selalu ceria, berubah menjadi gadis yang tidak mempunyai semangat lagi.

"Brother Noah, Tania sudah capek minum obat."

"Tania, tidak boleh capek. Tania harus tetap semangat biar cepat sembuh." 

Saat itu Noah hampir setiap hari menemani Tania. Karena gadis itu hanya bisa di bujuk olehnya saja.

"Aku setiap hari minum banyak obat, tapi tidak sembuh-sembuh juga."

"Tetap saja, Tania harus minum obat."

"Tapi aku sudah sangat bosan. Ini semua pahit." Tania menunjuk meja disebelahnya, ada beberapa obat yang sudah disiapkan oleh suster rumah sakit, yang belum diminum obatnya oleh Tania.

"Setelah Tania sembuh, brother Noah akan membawa Tania jalan-jalan, membelikan Tania banyak boneka dan permen jelly."

"Bukankah tiap hari brother Noah membawakan ku itu semua."

"Aku akan membawakan mu permen jelly yang lebih enak lagi dan boneka yang lebih besar lagi. Bagaimana?"

"Aku tidak mau." 

Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya yang membuat rambutnya yang dikucir dua bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri. Noah yang melihatnya sangat gemas. Ia tidak tahan untuk tidak mencium pipi gadis manis itu.

"Lalu Tania ingin apa?"

"Emm." Terlihat Tania kecil sedang memikirkan sesuatu sambil menopang dagunya.

Noah dengan sabar menunggunya.

"Aku ingin bersama brother Noah." 

Noah yang mendengarnya merasa lucu lalu tertawa. Tingkah anak kecil selalu bertindak dengan polosnya dan itu membuat Noah sangat menyukainya.

"Bukankah kita sudah bersama. Bahkan aku setiap hari disini menemanimu."

"Aku ingin hidup bersama brother Noah, sama seperti Ibu dan Ayah."

"Haha." 

Noah yang mendengarnya langsung tertawa. Ide gadis kecil didepannya memang tidak terduga.

"Brother Noah, maukah hidup bersama aku?"

"Kau harus sembuh dulu!"

"Setelah aku sembuh, brother Noah mau hidup bersama aku?"

"Kau harus tumbuh lebih besar lagi dan pergi ke sekolah, selesaikan pelajaran mu dengan baik."

"Setelah itu kita hidup bersama?" Terlihat sekali kalau Tania mengejar jawaban iya pada Noah.

"Haha. Baiklah." Noah mengatakan dengan santai tanpa menganggap serius ucapannya.

"Janji." Tania menunjukkan jari kelingkingnya.

"Janji." Lalu Noah ikut mengaitkan janji kelingkingnya pada Tania. Jari kelingking Tania sangat kecil sangat kontras dengan jari kelingking milik Noah.

Kembalinya Nona MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang