48

3K 283 11
                                    

Meysa tahu ia tidak mempunyai keahlian bela diri. Setelah menusuk Jarot dengan pisau beracun, Meysa menggunakan jurus andalannya, yaitu jurus kaki seribu (melarikan diri). 

Sebelumnya Nathan memberikan pisau itu kepadanya untuk berjaga-jaga. Nathan juga menasehatinya agar ia berhati-hati karena pisau itu beracun. Meysa lalu menyimpannya, tapi ia tidak menyangka, jika ia benar-benar akan menggunakannya untuk menusuk orang.

Tidak ada rasa takut ataupun penyesalan, walaupun ini adalah sesuatu hal yang Meysa lakukan untuk pertama kalinya melukai orang. Yang ada hanya kebanggaan pada dirinya sendiri, seolah-olah ia telah mencapai sesuatu pencapaian yang paling tinggi.

Meysa terus berlari tanpa melihat kebelakang karena ia tahu banyak orang yang sedang mengejarnya. Tapi bagaimanapun kerasnya ia berlari, ia tetap bukan lawan orang-orang itu.

Beruntung ia segera melihat kakek barbaju putih yang langsung menghalangi orang-orang yang akan menangkapnya. 

Dan tiba-tiba saja ia merasakan tubuhnya melayang. Pikiran Meysa kosong sebentar. Meysa merasakan ia berayun-ayun melewati dahan-dahan pohon lalu turun diatas tanah. Ia melihat disini cukup jauh dari orang-orang jahat itu.

Meysa baru sadar tenyata Simonlah yang membawanya pergi.

"Simon, kau...? Terima kasih." 

Meysa tidak menyangka jika Simon akan menyelamatkannya, tapi ia tetap berterima kasih.

"Apa kau baik-baik saja?" 

Suara lemah Nathan menyadarkan Meysa, jika ada seseorang dibelakangnya.

"Ya ampun! Kak Athan!" 

Melihat wajah Nathan yang sangat pucat membuat Meysa terkejut.

"Apa aku sangat menakutkan?" 

Mendengar pertanyaan dari Nathan, membuat Meysa sedikit malu. Nyatanya wajah Nathan memang sangat pucat, tidak berwarna sama sekali.

"Apa itu sangat menyakitkan?" 

Walaupun begitu, Meysa tetap khawatir dengan keadaan kekasihnya. Ia menggigit bibir bawahnya agar tidak menangis didepan Nathan.

"Tidak."

"Jangan berbohong!"

Mungkin karena melihat keadaan Nathan, atau mendengar jawaban Nathan untuk menenangkannya, Meysa menjadi sangat sedih. Meysa pergi untuk memeluk Nathan.

"Maafkan aku, kak Athan! Ini semua salahku. Jika saja aku tidak menyuruhmu untuk pergi. Kau pasti tidak akan seperti ini."

Meysa merasa sangat bersalah. Melihat Nathan yang sekarat didepannya, ia tidak bisa untuk tidak menyalahkan dirinya sendiri.

"Memey, jangan menangis! Aku baik-baik saja."

"Kau bilang baik-baik saja? Melihatmu seperti ini, mana bisa itu disebut baik-baik saja."

"Tadi kau terlihat sangat bagus." 

Nathan ingin menyentuh wanita didepannya, tapi ia tidak bisa menggerakkan satu jaripun. Ini pertama kalinya didalam hidupnya Nathan merasa tak berdaya.

"Benarkah?" 

Nathan melihat Meysa mengangkat wajahnya, ia dapat melihat airmata yang masih menggenang disana. Hatinya terasa gatal saat melihat airmata dari wanita itu, seperti ada sesuatu yang menggaruk didalam hatinya. Lagi-lagi Nathan membenci dirinya sendiri, karena tidak bisa menghapus air mata Meysa.

"Tapi, aku tidak suka kau menggoda seperti itu didepan laki-laki lain."

Meysa tertawa.

"Itu hanya akting."

Kembalinya Nona MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang