94

217 20 0
                                    

Suara ledakan itu terdengar sangat keras, Meysa yang hampir sampai di lokasi, menggerakan kakinya dengan cepat. Saat ia tiba disana, ia melihat orang-orang yang sedang menarik sebuah tali. Lalu tidak lama kemudian Nathan dan Kenzo muncul.

Dari saat pertamakali ia melihat Nathan dan Kenzo. Ia melihat ayah dan anak itu tampak berbisik dengan senyum yang tersungging diantara bibir keduanya yang tampak persis sama.

Nathan telah menghabiskan seluruh kekuatannya, saat ini ia hanya bisa menyadarkan seluruh tubuhnya kearah Kenzo dan berbaring diatas tanah sambil menunggu, penyelamat datang untuk membantu.

"Ukhuk! ukhuk!"
Nathan mengeluarkan batuk batuk yang sangat keras.

"Tidurlah. Aku disini akan menjagamu."

Kenzo mencoba menenangkan tubuh Ayahnya dan mengusap darah dibibir Nathan yang terus keluar dengan sangat hati-hati.

"Baiklah."

Setelah tenang, Nathan mulai memejamkan matanya dengan senyum dibibirnya yang tidak bisa ia sembunyikan lagi.

"Mommy?"

Saat Nathan mulai tertidur, ia mendengar putranya memanggil seseorang dan akhirnya membuatnya membuka kembali matanya lebar-lebar.

"Bagaimana keadaan kalian?"

Wajah Meysa tampak pucat, ia berdiri disana dengan menggunakan semua kekuatan. Ia berusaha untuk membuat suaranya tidak bergetar.

"Saya baik-baik saja."

"Bagus."

Meysa mengusap kepala Kenzo dengan lembut, ia berjongkok didepannya dan memeluk tubuh Kenzo.

"Bagus. Tidak apa-apa. Semuanya baik-baik saja!"

Meysa tidak tahu, kata-kata itu untuk menenangkan Kenzo atau untuk dirinya sendiri. Airmata yang sejak tadi ia tahan kini tumpah saat ia memeluk putranya yang masih utuh disana.

"Mommy?"

"Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Aku hanya mencemaskanmu."

"Emm."

Melihat ibunya yang menangis, Kenzo ingin mengusap airmatanya. Tapi saat ia melihat tangannya yang kotor oleh darah Ayahnya, ia hanya bisa menatapnya dengan bingung. Sedangkan tangan satunya masih memegang tubuh Ayahnya yang lemah.

Melihat ekpresi bodoh dari putranya saat ini, Meysa saat ini hanya bisa tertawa.

Ia mengusap airmatanya sendiri yang membuat putranya tersipu malu.

"Mommy."

Seperti tahu apa yang akan dikatakan putranya, Meysa melihat kearah laki-laki yang kini tampak kotor oleh keringat dan darah yang bercampur dengan lumpur.

Walaupun wajah itu kotor, tapi itu tidak menutupi mata hitamnya yang seperti gletser. Dingin dan tajam yang dapat membuat orang yang melihatnya langsung kedingingan.

"Memey."

Saat ini, mata yang biasa menatap musuhnya dengan sikap acuh, kini memancarkan sinar kehangatan seperti mentari pagi.

Kembalinya Nona MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang