32

4.3K 405 10
                                    

Pagi hari Meysa sudah siap dengan persiapan berkemah mereka. Saat ia dan putranya tiba disekolah sudah banyak orang yang berkumpul. Disana ia tidak melihat guru-guru yang mengajarnya dulu. Mungkin mereka sudah pensiun, Meysa merasa sedikit sedih karena harapannya untuk melihat mereka tidak terwujud.

Jam 07:00 pagi mereka berangkat dangan menaiki bus. Meysa duduk disamping Kenzo yang tidak mau lepas dengannya. Perjalanan mereka menghabiskan waktu selama tiga jam. Setelah sampai ditempat tujuan semua orang tua dan murid turun.

Tempat untuk berkemah terlihat masih sangat alami dan segar. Mereka dekat dengan sungai yang membuat para remaja tidak sabar untuk berenang. Tiga jam didalam bus membuat semua orang kelelahan, yang membuat mereka ingin segera menyegarkan tubuh dengan cara berenang.

Para guru mengumpulkan semua orang. Mereka mengarahkan semua orang untuk membuat kelompok untuk berkemah. Tentu saja Devano akan memilih satu kelompok dengan Kenzo.

"Hai, Memey!" Ibu Devano sangat antusias saat melihat Meysa.

"Hai, kak Anggun." 

Mereka lalu berpelukan. Anggun lebih tua beberapa tahun dari Meysa, tapi Anggun masih tampak cantik karena kebanyakan wanita dari kalangan atas akan melakukan banyak perawatan untuk mengencangkan kulit mereka.

"Aku tidak menyangka, ternyata Ibunya Kenzo adalah dirimu. Jika dulu aku tahu saat di kota A, aku pasti akan menyeret mu untuk pulang. Sampai sekarang aku masih tidak bisa menerima kenyataan ini, kalau bocah laki-laki yang sering bermain dengan putraku adalah putra dari nona muda Adhitama."

"Anda harus menerima semua kenyataan ini." Meysa hanya tersenyum.

"Yah kau benar. Memey selamat datang kembali, aku sangat merindukanmu!"

"Terimakasih, kak Anggun. Dan maaf membuat anda repot beberapa waktu lalu saat Kenzo pertama kali datang ke kota ini."

"Aku tidak repot sama sekali. Aku sangat senang Devano memiliki teman yang masuk akal seperti Kenzo."

Meysa dan Anggun kembali mengobrol saat mereka menyiapkan makanan untuk putra mereka, sedangkan Devano dan Kenzo pergi membuat tenda.

Saat murid-murid lainnya membutuhkan ayah mereka untuk membuat tenda mereka, Kenzo dan Devano sudah selesai dengan dua tenda mereka.

Lalu dua laki-laki itu beralih membuat tungku, setelah semua beres, Kenzo dan Devano pergi mencari kayu bakar di hutan.

Kedua ibu-ibu itu masih asyik ngobrol diatas tikar sambil mengupas buah untuk putra mereka.

"Kalian sudah kembali? Ayo makan siang dulu!" Anggun yang melihat kedatangan Devano dan Kenzo, menyuruh mereka untuk bergabung duduk diatas tikar.

"Mereka semua belum siap dengan tenda mereka, tapi kita dengan nyamannya makan siang disini." 

Anggun melihat orang-orang yang tampak sibuk membangun tenda.

"Yah karena kita mempunyai dua laki-laki yang sangat hebat." 

Mendengar pujian dari Meysa, Devano dan Kenzo tampak sangat senang.

"Untuk sekarang kita makan bekal kita aja dulu ya! Nanti untuk makan malam kita akan memasak untuk kalian." 

"Tidak masalah, Mom."

Kenzo tidak mempermasalahkan dengan makan siang mereka. Begitu juga Devano.

"Ini sudah cukup, masakan tante Mey, memang tidak ada tandingannya."

"Ohh begitu, jadi maksudmu masakan Mama tidak enak." Anggun berpura-pura tersinggungdengan pernyataan dari putranya.

"Bukan begitu, Ma. Masakan Mama sangat lezat, tapi jika dibandingkan dengan tante Mey. Masakan Mama dibawahnya tante Mey sedikit."

Kembalinya Nona MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang