91

470 40 5
                                    

Empat puluh tahun, Nathan hidup tanpa seorang Ibu dan Ayah kandung. Walaupun tuan dan nyonya Brian memberikannya banyak kasih sayang seperti orangtua lainnya. Tapi, Nathan masih merindukan kedua orangtua kandungnya.

Tubuhnya sangat berbeda, ia harus menyerap energi alam setiap tahunnya. Mawar yang ditanam oleh Ibunya dikebun halaman kediaman Brian mengandung energi yang dibutuhkan oleh Nathan.

Tapi, setiap Nathan menyerap mawar-mawar itu, Nathan masih saja merasa kurang cukup. Seolah ada sesuatu yang hilang.

Dan suatu hari Nathan sadar, jika jauh dilubuk hatinya ia merindukan kedua orangtuanya. Nyonya Brian mengatakan kepadanya, jika Ayahnya sedang pergi mencari Ibunya.

"Mengapa Ibu pergi?"

Saat itu ia masih berusia tiga tahun. Bocah laki-laki cilik yang belum tahu apa-apa. Tapi, saat itu Nathan diam-diam menyadari jika ia berbeda dengan orang lain.

"Aku juga tidak tahu."

Saat itu nyonya Brian menjawab.

"Apa Ibu tidak menyukaiku?"

"Bagaimana bisa? Athan adalah anak baik. Tidak ada orang yang tidak menyukai Athan."

"Tapi, aku ingin bertemu Ibuku."

"Baiklah. Sekarang Athan tidur dan Ibu Athan akan datang kedalam mimpi Athan."

"Benarkah?"

"Tentu."

Nyonya Brian selalu bisa membujuknya. Tapi tidak setiap malam ia akan bermimpi bertemu dengan Ibunya. Tapi, setiap Ibunya datang kedalam mimipinya ia akan sangat bahagia.

"Ibu, aku sangat merindukanmu."

"Maafkan, Ibu! Aku yang tidak berguna."

"Jangan mengatakan itu!"

Cukup lama bagi Nathan dan Gaia saling berpelukan. Gaia terus mengelus Nathan dengan lembut seolah menenangkan putranya.

Empat puluh tahun, Nathan hidup tanpa kedua orangtuanya. Ini cukup sulit untuk ditanggungnya. Walaupun Nathan bersikap dingin dan acuh terhadap semua hal. Tapi, Nathan mempunyai kasih sayang. Ia akan menpertahankan sesuatu yang ia cintai dan tidak mudah untuk melepaskannya. Nathan memang cukup hati-hati dengan barang-barang favoritnya.

"Gaia."

Baru saat itulah, akhirnya Nathan melepaskan pelukannya ketika mendengar suara Ayahnya yang entah sejak kapan berdiri disana.

Dion berdiri disana menatap Gaia tanpa berkedip. Gaia melirik Dion dengan santai. Laki-laki ini masih sama seperti dulu. Hanya usianya yang membuat fitur wajahnya seperti penatua. Tapi, matanya masih tajam seperti dulu, menatapnya penuh kelembutan yang langka.

Gaia tidak bisa menahan kesedihannya. Kepergiannya membuat kekasih dan putranya tersakiti selama bertahun-tahun.

Ia berhutang banyak kepada mereka, dan ia dan Dion juga berhutang banyak kepada Nathan. Karena mereka tidak memenuhi kewajibannya sebagai orangtua.

"Kau kembali, Gaia?"

"Enn."

Gaia tersenyum dan mengangguk kepada Dion.

Kembalinya Nona MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang