74

1.5K 161 1
                                    

Kenzo menatap dingin gadis yang sedang menangis itu. Airmata Ariana seolah-olah tidak menyetuhnya. Karena Kenzo tahu Ariana bukanlah gadis yang sesederhana itu. Gadis itu sangat berbahaya. Kenzo yakin tongkat Ariana bukanlah tongkat biasa, gadis itu menyimpan obat bius didalamnya.

Sialan! Ia sangat membenci gadis itu. Gadis itu telah mencuri Ibunya.

Saat melihat Rendy masuk, Ariana langsung berlari kearahnya. Seolah-olah penyelamat telah datang untuknya.

"Mengapa kau menangis? Katakan kepadaku! Siapa yang membuatmu menangis?"

Ariana memeluk pria itu seolah-olah ia sangat ketakutan. Rendy mencoba menenagkan gadis itu dengan sangat sabar.

"Guru, siapa yang membuat Anna menangis?"

Rendy menatap dingin kearah guru Konseling, ditatap seperti itu, membuat guru Konseling sedikit takut.

"Ehem. Silahkan duduk pak Rendy! Saya akan menjelaskan semuanya."

Rendy menuntun Ariana dengan hati-hati, menduduki gadis itu disebelahnya sambil mengelus puncak kepala gadis itu.

"Bagaiamana kau mendapatkan luka di kakimu?"

Rendy melihat luka merah pada betis kaki Ariana. Kaki Ariana selalu terlihat cantik dan bersih, ketika melihat sedikit luka, pasti akan terlihat dengan jelas.

"Luka? Bagaimana itu bisa?"

Melvin terkejut saat mendengar pamannya melihat luka. Bagaimanapun juga Ariana selalu dalam perlindungannya. Sedikit luka pada gadis itu akan menjadi masalah besar baginya.

Melvin melihat kulit putih itu memerah, tentu saja itu melepuh. Tapi sejak kapan? Mengapa ia tidak melihatnya?

Sialan!

Ia baru ingat, sejak perselisihan mereka dengan Kenzo, diruangan konseling inilah ia melihat Ariana kembali.

Sialan! Melvin tidak berhenti mengumpat didalam hatinya, ia pasti akan mendapatkasn hukuman lagi dari pamannya.

Rendy tanpa banyak bicara lagi, langsung menggendong Ariana. Laki-laki itu tentu saja sangat panik, ia membawa Ariana pergi UKS untuk mengobati gadis kecilnya. Melvin dibelakang juga mengikuti pamannya, matanya penuh permusuhan menatap Kenzo.

Sejak melihat Rendy masuk, Meysa sangat cemberut. Ia juga sangat cemas ketika melihat kaki Ariana memerah. Tapi laki-laki disebelah Ariana sangat pelit. Itu membuatnya kesal karena tidak bisa menyentuh gadis cantik itu.

"Mommy, apakah anda baik-baik saja?"

Kenzo, merasa tidak nyaman dengan suasana Ibunya yang terlihat sangat buruk.

"Apa kau mencipratkan kuah panas pada kaki, Ariana?"

Mendengar Ibunya yang masih saja khawatir dengan gadis licik itu membuat Kenzo semakin kesal.

"Bukankah itu normal, jika kotak makan itu jatuh dan isinya berhamburan kemana-kemana. Salahkan gadis bodoh itu! Mengapa dia tidak berhati-hati?"

"Dan mengapa kau juga tidak berhati-hati? Jika, kau berhati-hati Ariana tidak akan terluka."

Sialan! Apakah hidup gadis licik itu lebih berharga daripada dirinya, putra kandungnya.

"Jika, kakiku juga terluka. Apakah anda juga akan khawatir?"

Mendengarnya, Meysa langsung melihat kaki Kenzo dengan camas. Celana panjang putranya masih tampak rapi dan bersih. Putranya pasti aman dengan celana panjangnya.

"Apakah kau bodoh? Tentu saja, Mommy akan khawatir jika kau terluka. Tapi jika kau lebih hati-hati, kamu maupun Ariana tidak akan kecipratan kuah panas itu."

Kembalinya Nona MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang