96

219 14 1
                                    

Sudah tengah malam, saat Meysa dibawa ke IGD.

Kenzo menunggu diluar dengan cemas. Tangannya masih belum berhenti bergetar. Sejak ia melihat Ibunya jatuh pingsan setelah ia membalut lukanya, hanya Tuhan dan dirinyalah yang tahu betapa takutnya dirinya.

Tidak perduli, berapa kali ia memanggil, Ibunya tidak memberikan respon. Kenzo benar-benar sangat takut. Ia mengerahkan semua anggota tubuhnya, yang seperti kehilangan otot-ototnya untuk membawa tubuh Ibunya ke rumah sakit.

Beruntung kali ini, Ibunya dan adiknya dapat diselamatkan. Kenzo menghelai nafas lega saat mendengar Dokter menjelaskan kondisi Ibunya.

Setelah Dokter pergi, pamannya menghampirinya. Wajah paman Noah juga tidak sebaik dirinya.

"Apa kau sudah tahu tentang kehamilan Memey?"
Kenzo mengangguk.
Entah mengapa Noah merasa lega.

"Ibumu sebentar lagi, akan dipindahkan ke kamar perawatan."

"Enn."

"Tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja!"
Melihat keponakannya yang masih menundukkan kepalanya, Noah mengusap rambutnya dengan lembut.

"Paman, kembalilah!"
Melihat Kenzo yang tiba-tiba mengangkat kepalanya, Noah tercengang dengan apa yang ia lihat didepannya.

Didalam mata keponakannya yang selalu bersikap acuh dan dingin, kini memerah. Mata yang dulu hanya menghangat ketika berada didepan adik perempuannya, kini memiliki genangan airmata yang menggantung dibulu matanya.

"Kenzo?"

"Aku baik-baik saja, sekarang. Paman, kau benar-benar harus kembali!"

Noah masih tidak bergerak, sebagai gantinya ia ingin bergerak untuk memeluk tubuh keponakan kecilnya. Tapi, sebelum ia mengambil langkah maju, ia mendengar keponakan kecilnya berbicara lagi.

"Kakek dan Nenek masih menunggumu. Paman, harus kembali untuk menenangkan mereka. Aku disini akan menjaga Mommy."

Mungkin ia harus membiarkan Kenzo sendiri. Saat bocah itu dalam keadaan rapuh, mungkin Kenzo tidak ingin ada oranglain yang melihatnya, tidak terkecuali keluarganya. Dengan ini, Noah tidak bersikeras lagi.

"Baiklah. Mari kita tunggu, Meysa untuk mendapatkan kamar bangsalnya dulu!"

"Enn."

Setelah Meysa dipindah kedalam ruang perawatan, Noah tidak berusaha untuk tinggal lebih lama lagi.

"Jika ada sesuatu yang terjadi atau kau membutuhkan sesuatu, kau harus menghubungi aku! Kau tahu itukan?"

"Aku tahu."
Setelah itu, Noah pergi.

Setelah mendengar suara pintu yang tertutup dan ruangan menjadi sunyi. Kenzo yang ditinggal didalam ruangan perawatan bersama Ibunya, tiba-tiba tubuhnya jatuh merosot diatas lantai.

Tangannya yang sejak awal terkepal kini mengendur dan kembali bergetar lagi. Hanya dirinyalah yang tahu, betapa sulitnya ia menahan getaran tubuhnya.

Ia tahu, pamannya pasti melihatnya. Tapi, ia masih bersikeras untuk menahannya. Dan saat tidak ada orang disekitarnya, ia baru bisa melepaskan semuanya.

Duduk diatas lantai yang dingin, ia memeluk lututnya sendiri. Ia benar-benar sangat takut.

Setelah menenangkan dirinya, Kenzo bangun dan pindah duduk disamping ranjang Ibunya.

Ia duduk tegak tampak seperti anak yang patuh dengan mata yang tidak terpejam, sambil melihat keadaan Ibunya yang masih tertidur.

Tidak sampai subuh datang, Kenzo baru bergerak untuk mencuci mukanya, setelah memastikan jika infus ditangan Ibunya masih terpasang dengan baik.

Kembalinya Nona MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang