97

154 15 0
                                    

Suara getaran ponsel, membuat layar ponsel menyala kembali. Devano mengirimkannya pesan, untuk melihat pengumuman hasil ujian di papan pengumuman. Kenzo menjawabnya untuk menunggunya sebentar. Tapi, ia tidak menyangka akan melihat gadis-gadis yang merepotkan itu lagi.

"Anna, bisakah kau berjalan?"

Didepannya ia melihat Violet dengan wajah sedikit cemas menunggu temannya yang sedang duduk.

"Tunggu!"

Dari jauh, Kenzo tidak melihat dengan jelas keadaan sebenarnya. Tapi, jika mendengar suara dari gadis lainnya itu, sepertinya mereka tidak memiliki masalah.

"Apa kau benar-benar tidak bisa bangun? Bukankah dokter bilang sudah baik-baik saja?"

"Aku tidak tahu, tapi terkadang memang seperti ini."

"Aku akan mencari Melvin, untuk meminta bantuannya!"

"Tidak perlu. Sebentar lagi akan baik-baik saja."

"Benarkah?"
Violet sudah memegang ponselnya, tampak ragu, saat ia mendongak untuk mencari seseorang, tiba-tiba ia melihat keberadaan Kenzo.

"Hei teman. Bisakah kau kemari?"

Disisi lain Kenzo yang ingin segera pergi untuk menjauh dari masalah, terpaksa berhenti.

Tapi, Violet sepertinya tidak memperhatikan keengganan Kenzo. Ia masih bersemangat melambai tangannya. Kenzo dengan terpaksa berjalan mendekat. Dan saat itulah ia melihat wajah Ariana yang sudah pucat. Gadis itu memejamkan matanya sambil bersandar disandaran kursi.

"Aku akan pergi, mengambil obat. Tolong jaga Anna sebentar disini."

"Bukankah lebih baik kita membawanya ke ruang kesehatan?"

Tidak ada jawaban dari Violet, karena gadis itu sudah berlari dengan cepat, menyisakan punggungnya yang semakin menjauh. Kenzo hanya menggerutu dengan kesal.

"Aku akan membantumu pergi keruang kesehatan!"

Kenzo ingin membungkuk, tapi sebelum ia mengulurkan tangannya, ia melihat mata yang awalnya terpejam itu, menatapnya dengan dingin.

"Tidak perlu, kau bisa pergi!"

Mendengar nadanya, yang membuat semua orang kesal. Kenzo menarik kembali tubuhnya.

Setelah itu mereka tidak berbicara lagi. Ariana duduk diatas kursi dibawah pohon yang rindang. Matahari bersinar sangat cerah, Kenzo berdiri dibawah pohon dengan tangan dilipat, tampak acuh dan tidak perduli.

Setelah lama keheningan, tiba-tiba ia mendengar gadis itu berbicara.

"Kemarilah!"

Kenzo mendekat, dan berdiri didepan gadis itu. Alis gadis itu masih berkerut menahan sakit, bahkan wajah gadis itu masih pucat dengan butiran keringat yang membasahi keningnya.

Kenzo tidak berbicara, ia hanya berdiri diam dan menatap tangan gadis itu yang meraih tangannya.

Tangan Ariana tampak basah dengan keringat dingin sangat menyentuhnya.

"Ayo menunduk!"

Nada gadis itu sangat tidak sopan, suka memerintah bahkan sombong. Tapi Kenzo dengan patuh menunduk, ingin melihat apa yang akan dilakukan Ariana.

Tiba-tiba sebuah lengan melingkari lehernya.

"Angkat perlahan!"

Dengan ini, Ariana mencoba berdiri dengan bantuan Kenzo, bahkan Kenzo tanpa sadar menyentuh punggung Ariana, takut gadis itu akan jatuh.

"Bukankah lebih baik, aku langsung membawamu? Mengapa kau sangat suka menyiksa dirimu sendiri?"

"Bukan urusanmu."

Kembalinya Nona MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang