45

3.4K 298 6
                                    

Dalam perjalan pulang, Nathan membiarkan Meysa memimpin perjalanan mereka. Ia dapat melihat Meysa berjalan dengan riang sambil bersenandung.

Potong bebek Angsa, 

Angsa di kuali, 

Nona minta dansa, 

Dansa empat kali

Serong ke kanan, serong ke kiri

Lala lala lala lala

Meysa terkadang akan melihat kebelakang, hanya  untuk mengecek barang bawaan yang dibawa Nathan. Meysa takut, jika Angsa gemuk itu tiba-tiba saja lari.

"Semuanya masih aman." 

Nathan memperlihatkan Angsa dan beberapa bahan makanan yang mereka dapatkan tadi.

"Jangan sampai salah satu mereka hilang! Jika itu terjadi, aku tidak akan memberimu makan."

"Baik, istriku." 

Nathan seolah seperti suami yang sangat patuh dan itu membuat Meysa sangat senang.

"Oh lihat, ada pohon kelapa! Bolehkah kita..." Meysa tanpa malu-malu memandang Nathan, berharap laki-laki itu mengerti.

Nathan melihat pohon kelapa yang sangat tinggi itu, sambil mengernyitkan dahinya. Melihat reaksi Nathan itu, Meysa sedikit kecewa. Mungkinkah Nathan tidak bisa memberinya sebuah kelapa muda?

"Apakah anda tidak bisa memanjat?"

"..." Meysa tidak mendengar jawaban dari Nathan.

"Apakah pohonnya sangat tinggi?"

"..." Nathan masih diam, sambil melihat keatas.

Merasa kesal karena diabaikan oleh Nathan, Meysa mulai berteriak.

"Kak Athan aku ingin kelapa muda, mengapa anda tidak memetiknya untukku? Jika anda tidak bisa, kita bisa pulang! Dan lupakan masalah ini! Tapi, mengapa anda dari tadi hanya diam?"

"Aku terlalu malas untuk memanjat, tapi aku juga tidak ingin mengecewakanmu."

"Kalau begitu, mari lupakan!"

"Tunggu! Mari kita coba!" 

Mendengarnya Meysa menjadi sangat senang, tapi kesenangan itu hanya bertahan sebentar ketika ia mendengar Nathan tiba-tiba bersiul.

Meysa diam, dan melihat sekeliling. Tapi tidak ada tanda-tanda sesuatu yang aneh. Jadi, mengapa Nathan bersiul?

Ketika Meysa ingin mendesak Nathan lagi, tiba-tiba ia melihat sebuah kelapa menghalangi penglihatannya.

"Aku mendapatkannya." Dengan senyum bangga Nathan memperlihatkan buah kelapa kepada Meysaa.

"Bagaimana anda mendapatkannya?" 

Meysa dengan sangat gembiranya langsung memeluk kelapa muda itu.

Melihat Meysa yang langsung memeluk buah kelapa itu, membuat Nathan sedikit tidak suka. Nathan merebut kembali buah kelapa itu, dan melemparkannya.

"Hey mengapa?" Meysa merasa bingung dengan tindakan Nathan.

"Kau bahkan tidak pernah memelukku seperti itu."

Meysa tidak habis pikir, jika Nathan akan cemburu dengan sebuah kelapa muda. Dengan gemasnya Meysa mencubit pipi Nathan.

"Anda seperti bocah bodoh, saat cemburu. Tapi aku sangat menyukainya." Lalu Meysa mencium pipi Nathan bergantian.

Itu saja sudah cukup membuat kecemburuan Nathan langsung lenyap.

"Jadi, berikan aku kelapa muda lagi!" Melihat Nathan yang sudah kembali normal, Meysa mulai menagihnya lagi.

Kembalinya Nona MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang