12

7.4K 791 20
                                    

Nathan tampak tidak senang dengan jawaban Meysa. Lalu ia meletakkan leptopnya yang telah menemaninya selama ini dan mengambil kotak P3K dibelakangnya.

"Ada banyak darah dilututmu, kemungkinan kulitmu robek."

Meysa melihat lututnya dan ia baru menyadari gaun putihnya sudah berwarna merah dan lukanya terasa sakit.

"Ini hanya luka kecil. Tidak separah itu."

Ia mencoba berbohong.

"Jangan keras kepala!"

Nathan bersikeras dan membungkuk untuk membersihkan darah pada lututnya.

Nathan mencoba menghentikan pendarahan dengan mengikat lukanya dengan perban.

"Untuk sementara begini dulu, nanti biar dokter yang akan menjahitnya."

"Apa perlu dijahit?" Meysa bertanya dengan wajah pucat.

"Semoga saja tidak!"

"Aku juga berharap begitu."

"Coba aku lihat sikumu?"

"Ini hanya lecet tidak perlu dibalut."

Meysa menyembunyikan lukanya agar tidak terlihat Nathan.

"Tapi itu perlu diobati dulu, agar tidak terinfeksi."

Entah mengapa Meysa merasa Nathan saat ini sangat lembut. Ia tanpa sadar memberikan tangannya.

Nathan ingin tertawa melihat wanita didepannya. Wanita ini awalnya ingin melarikan diri darinya tapi ia tidak akan membiarkan ia lari lagi.

Didepan rumah sakit Meysa bersikeras tidak ingin ikut tapi lukanya sangat menyakitkan bahkan ia tidak bisa berdiri tegak.

Nathan terpaksa menggendongnya untuk masuk kedalam.

Apa ini tidak berlebihan, ia hanya terluka sedikit dan mengapa menjadi sangat menyakitkan.

"Lukanya sudah dirawat dengan baik, tapi lututmu sobek dan harus dijahit."

Kata dokter setelah memeriksanya.

Wajahnya berubah menjadi pucat, ia benci dengan jarum didalam kedokteran. Ia tidak menginginkan hal-hal yang sudah ia derita menjadi lebih sakit karena jarum suntik maupun jarum jahit.

"Aku tidak mau, itu tidak diperlukan."

Meysa menolaknya dengan jelas. Ia melirik kearah Nathan yang seakan menikmati penderitaan yang sedang ia alami.

Apakah laki-laki ini sedang balas dendam kepadanya?

Ia yakin Nathan tahu jika ia sangat membenci jarum.

Nathan seakan sadar ada seseorang yang sedang mengamatinya, lalu ia melihat mata Meysa yang sudah berair seperti memohon kepadanya.

"Dokter, bisakah anda membiusnya total."

Nathan mencoba berbicara kepada dokter.

Dokter menatapnya dengan heran.

"Kulit istrimu hanya robek sedikit, hanya perlu sebanyak lima jahitan itu sudah cukup. Tidak perlu dibius total."

Karena dokter mengira Meysa adalah istrinya, suasana hati Nathan menjadi lebih baik. Tapi berbeda dengan Meysa yang berubah menjadi cemas. Ia takut akan memprovokasi Nathan karena ia tahu Nathan tidak pernah menyukai hal-hal yang disandingkan bersama dirinya.

Ia ingin menjelaskan kepada dokter bahwa ia bukan istrinya. Tapi Nathan sudah angkat bicara.

"Tapi dia sangat ketakutan."

Kembalinya Nona MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang