26

5K 548 3
                                    

Rumah bibi Mira terlihat seperti rumah joglo, rumah adat jawa dengan kayu jati yang masih kokoh. Ada halaman luas yang ditanami beberapa pohon mangga dan rambutan, sayang sekali belum musim buah jadi pohonnya belum berbuah.

Rama membawa mereka masuk kedalam, beruntung mereka sudah sampai rumah Rama ketika hujan datang lagi.

Mungkin karena lingkungannya masih terlihat asri, suasananya jadi sedikit sejuk. Kenzo memberikan jaketnya untuk dipakai ibunya dan itu tidak luput dari perhatian Rama.

"Anakmu sangat perhatian." Didalam kata-katanya terlihat nada jijik didalamnya.

"Tentu, Kenzo putra yang baik dan tampan."

Meysa tidak tersinggung, ia membalasnya dengan tersenyum bangga.

Meysa dan Kenzo duduk diruang tamu, Rama dan Sinta pergi masuk kedalam.

Mereka tidak menunggu lama, saat seseorang datang menemui mereka dengan ekpresi terkejut.

"Nona muda!" 

Bibi Mira keluar dan terlihat ia tidak bisa menahan tangisnya, Meysa berdiri untuk memberikan pelukan.

"Bibi, aku sangat merindukanmu." Meysa tanpa sadar juga ikut menangis.

"Bibi juga sangat merindukanmu, saat Rama bilang ada seseorang diluar, aku pikir itu siapa dan ternyata itu kamu." Terlihat bibi Mira sangat bahagia melihat Meysa.

"Iya Bibi. Ini aku."

"Anda tidak banyak berubah, masih tetap cantik." Bibi Mira tampak mengagumi Meysa.

"Anda juga, anda masih tampak seperti dulu." 

Bibi Mira menyuruh Meysa untuk duduk dan saat itulah ia melihat Kenzo disebelah Meysa.

"Bukankah ini tuan Nathan? Mengapa kalian berdua memiliki wajah yang awet muda? Membuat wanita tua sepertiku ini jadi iri"

Kenzo yang mengetahui seseorang yang salah mengiranya, tidak bisa merasa tidak tersinggung, garis-garis hitam terlihat sangat jelas di wajah Kenzo dan ia jadi cemberut. Bibi Mira tahu ia sudah membuat masalah, karena tatapan dingin Kenzo terlihat sangat akrab yang membuatnya tidak bisa melupakannya walaupun sudah bertahun-tahun lamanya. 

"Tuan Nathan, maafkan saya! Saya sudah melewati batas."

Bibi Mira merasakan kedinginan yang menusuk ketulang sum-sumnya dan tanpa sadar ia mengusap keringat dingin didahinya. 

Tuan Nathan memang dari dulu selalu mempunyai suasana yang buruk.

Disebelah Meysa tidak bisa menahan tawanya, melihat putranya yang marah dan melihat bibi Mira yang sudah salah paham. Menurut Meysa mereka berdua sangat lucu. Mendengar tawa Meysa Bibi Mira terlihat sangat bingung.

Menyadari kesalahannya, denfan susah payah Meysa berhanti tertawa, ia mengusap sudut matanya yang berair.

"Maaf! Maaf!" Meysa meminta maaf karena berlaku tidak sopan.

"Apa itu lucu?" 

Kenzo tidak suka melihat Ibunya telah menertawainya.

"Ya." Meysa menjawab dengan jujur dan tidak perduli dengan kemarahan putranya.

"Senang membuat anda tertawa."

Kenzo memalingkan mukanya tidak ingin melihat Ibunya. Meysa merasa Kenzo sangat lucu saat marah. Ia tidak bisa tahan saat melihat putranya sedang marah. Karena Kenzo terlihat sangat menggemaskan.

"Sangat menggemaskan." Meysa mengacak-acak rambut Kenzo sampai bocah itu mau melihatnya.

"Hentikan!" Kenzo tidak membentak atau berkata kasar kepada Ibunya, ia menggunakan nada yang lembut untuk menghentikan Ibunya. 

Kembalinya Nona MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang