54

2.4K 260 11
                                    

Meysa memandangnya semua yang ada didepannya seperti sebuah lelucon yang menjengkelkan. Meysa tertawa. Tapi tawanya seperti seorang iblis yang mengerikan.

"Kak Athan, aku tahu kamu sedang kehilangan akalmu dan kamu harus tahu, jika aku bukanlah seorang bocah yang sama enam tahun yang lalu. Baru kemarin, aku ingat kamu membuat janji kepadaku, tapi Tuhan berkehendak lain. Saat ini aku memaafkan mu! Tapi aku tidak tahu, apakah aku mempunyai kesabaran lagi atau tidak, untuk menghadapi mu dimasa depan."

Lalu Meysa pergi dengan punggung tegak, tidak ada penyesalan atau emosi yang terlihat diwajahnya.

Saat ia bisa keluar dari rumah sakit dan menemukan halte bus, ia duduk disana dengan linglung. Sampai sejauh ini ia bisa menutupi emosinya dengan baik.

Kehidupannya sedang membuat lelucon kepadanya. Mengapa ia harus jatuh didalam lubang yang sama?

Terjebak didalam cinta dengan orang yang sama. Seharusnya dia menjauh dari orang itu seperti rencana awal, tapi mengapa ia sangat bodoh dan mudah dibujuk.

Meysa sudah menahan emosinya pada titik ini, orang-orang itu sudah tidak ada lagi didepannya. Saat ini, Meysa bisa dengan leluasa mengeluarkan semua emosi yang ia tahan selama ini.

Meysa menangis untuk melepaskan ketidak nyamanannya yang ia rasakan tadi. Meysa tidak perduli dengan mata yang melihatnya dengan aneh. Meysa hanya ingin terus menangisi betapa menyedihkannya kehidupannya saat ini.

"Mommy." 

Meysa tidak tahu mungkin itu hanyalah sebuah ilusi, tapi ia melihat putranya yang memiliki fitur laki-laki itu telah berdiri didepannya.

Kenzo yang melihat Meysa menangis dengan menyedihkan, langsung memeluk Ibunya memberikan kenyamanan pada Ibunya.

Meysa tidak tahu mengapa, setelah Kenzo memeluknya tangisnya semakin pecah. 

"Tidak apa, Mommy. Saya disini untuk anda. Jangan menangis lagi!"

Meysa mendengar suara putranya yang tidak berhenti untuk menenangkannya. Tapi tangisannya tidak berhenti dan malah semakin keras. Sampai saat ia merasakan kegelapan menyelimutinya.

Meysa terbangun disebuah ranjang rumah sakit dengan infus ditangannya. 

"Anda sudah bangun?" 

Meysa melihat putranya yang duduk disebelahnya dengan wajah yang kelelahan.

"Apa anda ingin minum?"

Kenzo menawarkan air minum kepada Meysa dan Meysa mengangguk, ia merasakan tenggorokannya sangat kering.

Kenzo membawakannya segelas air hangat untuk dirinya. Meysa meminumnya secara perlahan. Setelah meminumnya Meysa merasakan tenggorokannya tidak kering lagi.

"Istirahat sebentar lagi, Mom! Saya akan memanggil dokter untuk anda!"

Meysa melihat Kenzo pergi keluar lalu tidak lama kemudian, ia melihat Kenzo yang membawa seorang Dokter bersamanya.

"Demamnya masih belum turun, aku akan memberikannya obat penurun demam." 

Dokter berkata setelah memeriksanya. Setelah memberikan suntikan pada Meysa Dokter itu pergi.

Mungkin karena efek obat, Meysa lalu tertidur lagi, dan saat ia terbangun lagi, hari sudah siang.

Kenzo masih setia menunggunya, bocah itu membawakannya bubur yang masih hangat.

"Apa anda lapar? Saya akan membantu anda untuk makan?"

Meysa sangat kelaparan, hampir seharian ia pingsan tanpa makan apapun. 

Kembalinya Nona MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang