6

7.5K 833 32
                                    

Suara bel terdengar nyaring di sekolah Nusantara Academy. Para siswa berhamburan keluar dari pintu gerbang.

Kenzo melihat punggung yang akrab didepan pintu gerbang. Gaun berwarna putih dan ada motif bunga sakura kecil itu adalah gaun pemberiannya. Gaun selutut itu sangat cantik dikenakan wanita itu. Tanpa sadar ia tersenyum dan orang-orang yang melihat senyuman Kenzo tidak kalah gila.

"Oh my God! Kenzo tersenyum!" Teriak para gadis disekitar Kenzo.

"Aku tidak menyangka pangeran es ku bisa tersenyum. Dan senyumannya bisa membuat aku mimisan!"

"Saat dia bersikap dingin saja bisa tampan, apalagi saat tersenyum."

"Ngomong-ngomong apa yang membuat pangeran es bisa tersenyum."

Meysa tidak jauh dari para gadis itu jadi ia bisa mendengarnya. 

Pangeran es?

Siapa pangeran es?

Jangan bilang putra tampannya adalah pangeran es?

Meysa cekikikan sendiri saat membayangkan putranya yang dingin kepada orang lain. Putranya itu tumbuh seperti ayahnya yang dingin, dan hanya akan menghangat jika bersama orang terdekat.

Sejak kecil Kenzo tumbuh bersamanya, hanya bersamanya Kenzo akan bersikap hangat. Bahkan terkadang Kenzo seperti orang tua yang menjaga dirinya. Sepertinya dikeluarganya tugas orangtua telah diambil alih oleh putranya.

Memikirkan semua itu, Meysa tidak sabar untuk menunggu Kenzo keluar. Setelah bertemu keluarganya emosinya jadi membaik dan ia memutuskan untuk membawa Kenzo bertemu dengan kakek neneknya. Sebenarnya ia hanya bercerita tentang keadaannya yang baik-baik saja kepada keluarganya beberapa waktu lalu. Dia butuh waktu untuk memberitau bahwa ada Kenzo didalam kehidupan 16tahun ini. 

Dia ingin bercerita terlebih dulu kepada putranya, bagaimanapun juga ia masih merahasiakan semua tentang masalalunya kepada Kenzo.

"Mommy!"

Meysa membalikkan badannya untuk bertemu sosok bocah SMA yang tampan.

"Mengapa aku pikir kamu semakin tampan?"

 Wajah Kenzo memerah karena kata-kata ibunya.

"Mengapa Mommy tidak memberitahuku terlebih dahulu, jika Mommy mau kesini. Aku bisa menjemput Mommy."

Meysa tidak mendengarkan ucapan putranya, ia termenung sejenak lalu menangkupkan telapak tangannya pada kedua pipi putranya.

"Hei tampan! Kau bertambah tinggi lagi. Ibumu terlihat sangat kerdil!" 

Meysa terlihat cemberut saat melihat putranya lebih tinggi darinya, ia kini hanya setinggi telinga putranya.

"Omong kosong, Mommy tidak kerdil. Mommy cantik seperti peri." 

Kenzo menyentuh kedua telapak tangan ibunya yang berada di kedua pipinya, ia mencoba merasakan kehangatan dari seorang ibu yang ia rindukan.

Meysa kembali tersenyum, itu membuat Kenzo merasa lega. Senyuman ibunya sangatlah indah.

"Siapa wanita itu?"

"Mungkin wanita itu keluarganya?"

"Aku pikir, jika dilihat dari interaksi mereka, mereka seperti sepasang kekasih."

"Mungkin kau benar."

Amelia yang tidak jauh dari kerumunan itu bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.

Bagaimanpun juga ia tidak bisa melihat wajah wanita itu, karena Kenzo mencoba menutupinya dengan tubuhnya, seakan-akan orang lain tidak berhak melihat wanita berharganya.

Kembalinya Nona MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang