10

7.6K 948 9
                                    

Didepan pintu gerbang Aditama, Meysa membawa Kenzo masuk kedalam. Sudah ada pelayan yang telah menunggunya. 

Kenzo akrab tempat ini karena baru tadi pagi ia pergi ke tempat ini. Tapi Kenzo memilih diam dan mengikuti ibunya. 

Didepan pintu utama kepala pelayan sudah menunggu kedatangan mereka. Ada keterkejutan dimatanya saat melihat Kenzo berjalan dibelakang nona mudanya. Tapi itu hanya sebentar dan kepala pelayan kembali dengan sikap profesionalnya.

"Selamat datang, nona! Tuan dan Nyonya sudah menunggu anda didalam."

Meysa mengangguk mengerti lalu masuk kedalam dengan tenang. Ada banyak sekali pertanyaan di kepala Kenzo. Salah satunya adalah, mengapa ibunya membawanya ke tempat ini dan ibunya seakan-akan tenang seperti dirumahnya sendiri. Banyak sekali pelayan yang berjejer menyambut mereka, tapi ibunya tidak merasa canggung tapi malah sebaliknya, ibunya sekarang mengeluarkan aura sombong dan angkuh, seakan-akan ibunyalah pemilik rumah ini.

Kenzo menghelai nafasnya, apa sikap ibunya tidak berlebihan. Tapi Kenzo memilih diam dan tetap mengikuti setiap langkah Meysa.

"Duduk, sayang! Anggap saja seperti rumah kita sendiri, jangan sungkan!"

Meysa dengan santai duduk diruang tamu seperti nyonya rumah.

"..."

Kenzo masih ragu. Ia ingin menegur ibunya dan ingin bertanya apa yang kita lakukan disini. 

Tapi sebelum ia menguraikan pikirannya, ia mendengar suara yang semangat menuruni tangga.

"Memey! Ayah dengar kau sudah datang!" 

Seorang laki-laki tua dengan rambut putih dan masih sehat berjalan menghampiri mereka dengan senyum cerah.

"Ayah!!!" 

Meysa yang melihat Ayahnya langsung datang dan memeluk beliau.

"Kau gadis nakal! Mengapa kamu kemarin tidak menunggu Ayah? Apa kau tidak merindukan pria tampan ini?"

Meysa tersenyum. Ia ingat dulu, Ayahnya selalu memaksanya untuk berkata bahwa Ayahnyalah satu-satunya pria tertampan dihatinya dan ia dengan patuh mengatakannya dan memanggil ayahnya adalah pria yang sangat tampan.

"Mana ada! Aku sangat merindukan ayah!"

"Pembohong! Lihatlah ayah sudah tua dan tidak tampan lagi."

"Dimana aku berbohong! Ayah masih tampan seperti dulu."

"Dasar! Kau sudah tua. Jangan bersikap seperti seorang bayi didepan putrimu. Kau tahu Memey. Ayahmu kemarin seharian uring-uringan karena kamu tidak menunggunya."

Nyonya Adithama yang berada dibelakang menghentikan sikap manja suaminya dan ingin mempermalukannya.

"Memey! Jangan dengarkan kata-kata ibumu!"

Nyonya Adhitama mendengarnya sedikit tidak suka dan berpaling dari putri dan ayah itu yang masih ingin melepas rindu.

Dan saat itulah Nyonya Adhitama melihat seorang anak laki-laki yang berdiri dibelakang Memey.

"Astaghfirullah!!! Siapa anak ini?"

Nyonya Adhitama tampak terkejut karena fitur wajah anak laki-laki itu sangat mirip dengan laki-laki bajingan yang telah menyakiti putrinya.

Meysa dan tuan Adhitama tersadar jika ada seseorang lagi yang berada disana. Terutama Meysa, ia merasa bersalah dengan putranya karena telah melupakannya.

Tampak wajah Kenzo mulai kesal karena diabaikan oleh ibunya. Meysa menghampiri Kenzo dan menyentuh pipi Kenzo dengan lembut.

"Maafkan Mommy! Mommy telah mengabaikanmu." Meysa berkata dengan pelan dan hanya bisa didengar oleh dirinya dan putranya.

Kembalinya Nona MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang