59

783 95 11
                                    

Nada POV

Gue bener-bener kecewa dengan apa yang dilakuin Zidan. Gue bahkan merasa kalau dia nggak ngehargain perasaan gue.

Apa dia nggak mikir gimana rasanya gue makan hati saat dia terang-terangan tidak menganggap gue?.

Apa dia nggak pernah mikir kalau andai dia ngasih tau gue tentang itu, gue bakalan berusaha selalu support dia, setidaknya gue nggak merasa kehilangan banget.

Gue bener-bener emosi, bahkan menatap wajah Zidan gue langsung mual .

Ketika dia mendekat gue semakin risih, gue paling nggak suka di boongin. Kalau gue di boongin kayak gitu sama aja kalau gue itu cuma dianggap robot.

Author POV

Zidan terus membujuk nada agar tidak ngambek. Kali ini nada humoris benar-benar tidak bisa diajak kompromi.

"Sayang maafin aku ya,"Zidan merengek layaknya anak kecil.

Nada tidak menjawab sama sekali,

"Sayang ih, nada istriku yang paling segalanya, please jangan kayak anak kecil,"ucap Zidan,

"Kasian juga gue lama-lama,"batin Nada,

" Yaudah aku nyerah," Zidan mengangkat tangan, dan mulai sedikit menjauh.

Nada yang merasakan Zidan sedikit menjauh, langsung berbalik dan membuka selimutnya.

"Iya aku maapin,"jawab Nada,

Nada kembali menutup matanya,

Nada benar-benar merasa kurang enak badan terlebih perutnya yang sedikit-sedikit kram.

"Kalau gue manja kayak gini gimana mau sembuh, gue nggak mau ada penundaan kenaikan jabatan gara-gara sering bolos masuk kantor,"batin Nada,

" Permisi pak, Bu, ini Makanan," suster memberikan makan kepada Zidan, untuk menyuapi nada.

" Sayang bangun sarapan dulu biar bisa minum obat,"ucap Zidan,

Sementara nada sangatlah mager, bahkan mata nada sangat susah terbuka.

"Permisi kami ingin melepas infus ibu nada," ucap Suster yang masuk lagi.

Zidan langsung mempersilahkan nya, sementara nada hanya bisa menahan rasa sakitnya sendiri akibat gensinya.

Zidan mulai mendekat, ketika melihat nada meringis.

"Sus pelan-pelan istri saya kesakitan,"ucap Zidan,

"Kami berusaha se profesional mungkin pak,"jawab suster.

Setelah drama melepas infus selesai, pesan dari kantor tiba-tiba masuk kedalam hp Zidan.

" Segera merapat ke kantor,"

Zidan langsung membulatkan matanya, dirinya begitu lelah terlebih nada masih sedikit ngambek.

Namun ini adalah kewajiban yang tertera pada sumpah jabatannya bahwa dalam keadaan apapun dirinya harus tetap siaga dengan abdinya kepada negara.

Dengan ragu Zidan mendekat dengan mendekap tubuh nada yang sedang duduk bersandar .

"Sayang," panggil Zidan,

"Hmm,"jawab Nada jutek,

"Aku kekantor dulu yah, komandan SMS aku,"ucap Zidan,

"Hmm,"jawab nada kembali cuek,

"Aku janji setelah ini aku bakalan pulang kesini jemput kamu, biar kita bisa pulang kerumah kita,"ucap Zidan,

This Perfect! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang