Chapter 27

1.3K 120 37
                                    

"a..mankan semuanya,"ucap Nada dengan suara parau.

Hingga akhirnya ia jatuh pelukan Alfin yang tepat berada di sampingnya.

"ya Ampun ibu Denada,"ucap Alfin begitu kagetnya ketika melihat tampang nada.

Penampilan nada sekarang sudah sangat buruk, mulutnya sudah putih, semuanya putih. Hanya darah yang menetes di lengannya yang memiliki warna lain.

"Nada!!!!,"teriak Zidan ketika melihat nada sudah tidak berdaya dipelukan temannya sendiri.

"Finn, sini bini gua,"Zidan langsung mengalihkan pelukan itu.

Walaupun bobot nada lumayan berat, Zidan dengan berlari menuruni anak tangga mengangkatnya sendirian.

"Bertahan Nad, please,"keringat sudah berjatuhan dari tubuh Zidan.

Wajah Zidan memerah akibat rasa khawatir yang ada.

Sementara Alfin hanya berdiri menatap dari jauh.

"Ya Tuhan, kenapa dengan jantungku? Kenapa harus Bu Denada yang membuatnya berdetak kencang kembali?,"gumam Alfin frustasi.

Alfin hanya bisa mengendalikan dirinya sedikit demi sedikit, hingga akhirnya kesadaran dalam khayalannya pulih.

"Kacau,"umpat Alfin.

"Apa nya yang kacau Pak?,"tanya Heru

"Semua penjahat sudah ditangkap dengan sempurna,"lanjut Seorang Kowad yang tadi hampir di perkosa.

"Kalian tidak melihat dengan mata kepala kalian sendiri?,"ucap Alfin menantang.

"Apa pak?,"tanya beberapa orang.

"Rekan kita, salah satu rekan kita nyaris meregang nyawa? Kalian pikir itu sempurna?,"

"Ini Kacau!, Ini gagal!,"lanjut Alfin.

"Semuanya pulang, saya akan menyusul nanti,"ucap Alfin.

Sementara Zidan hanya terus memberikan nafas buatan kepada Nada agar nada bisa bangun.

"Cepetan dek!,"titah Zidan.

Mobil yang seharusnya digunakan untuk dinas Kapolres kini di gunakan untuk mengangkut nada, karena percuma menunggu ambulance terlalu lama.

"Nada bangun Nad,"Zidan terus saja berusaha membangunkan nada.

Badan nada sudah benar-benar pucat, bahkan urat-urat nya sudah tidak memiliki warna lagi.

Sementara darah dari lengannya tidak berhenti keluar.

Zidan langsung merobek dengan paksa tuxedonya agar bisa menahan darah itu agar tidak keluar. Namun sayang sekali, tidak bisa tertahan.

Nada benar-benar sudah kehilangan banyak darah.

Kemacetan kota Jakarta kini menampakkan wujudnya lagi, tidak mengenal tengah malam macet semakin menjadi-jadi, sementara Zidan sudah hampir jantungan melihat kondisi nada yang sudah tidak bersahabat itu.

"Arghhhhhh!,"Zidan berteriak dengan kencang frustasi.

"Sabar Pak, sebentar lagi rumah sakit ada disana,"ucap Eko sambil menunjuk rumah sakit yang ada diseberang sana.

Zidan yang sudah tidak sabaran langsung berlari dengan kekuatan yang tersisa mengangkat tubuh nada yang berat menuju ke rumah sakit yang kira-kira 100 meter dari sana.

"Bertahan Nad,"Zidan terus berbisik seperti itu.

"Dann,"ucap Nada dengan suara parau mata yang terbuka tidak sempurna.

This Perfect! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang